82. Apapun Itu Untuk Claire

923 103 35
                                    

Assalamualaikum, selamat malam!
Chapter panjang harus pada spam komen, okay? Hargai aku Guys hiks srott, jangan pada sider 🤧

Up jam 22.50 kira-kira ramai nggak ya.

Intinya sehat-sehat buat yang selalu dukung aku, makasih banyak ya, sayang banget sama kalian 🥺❤️

Selamat membaca <3

***

Arkan masuk ke dalam mobil setelah membeli kue lapis legit pesanan Radella, ia memasang sabuk pengaman sebelum menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, saat hendak berbelok, dari arah yang sama sebuah truk melaju dengan kencang dan ugal-ugalan, suara klakson truk yang memekakkan telinga membuat Arkan langsung menambah kecepatannya berkali-kali lipat, akibatnya Arkan yang tidak sigap untuk mengerem mobilnya naik ke pembatas jalan dan menabrak tiang lampu jalanan dengan kuat.

Kening Arkan menghantam setir kemudi dengan kuat, airbag tidak mengembang karena tabrakan mobilnya tidak tertangkap sensor cahaya. Kaki kanannya terjepit oleh sesuatu, rasanya Arkan ingin membuka mata, tetapi pusing mulai menyeruak, rasa sakit di sekujur tubuhnya menyuruhnya untuk memejamkan mata. Bau asap tercium ke hidung Arkan, belum lagi suara ramai orang-orang yang mengerumuni mobilnya.

Arkan memaksakan untuk membuka matanya perlahan, ia meringis kesakitan, kakinya terasa sangat sakit, tangannya bergerak menekan tombol kunci agar pintunya terbuka.

Sekelebat bayangan wajah Radella dan Andrew terlintas di benak Arkan, ia tersenyum dengan mata sayu yang hampir menutup.

"Princess, Ja-goan ... ma-af."

***

"Mah, itu mobil Papah, Mah!"

Andrew menepikan mobilnya, kemudian ia bergegas keluar bersama Radella menerobos kerumunan itu, orang-orang yang sedang menolong seseorang yang tergeletak lemah di jalanan langsung menyingkir.

Radella menutup mulutnya sendiri sembari menggeleng tak percaya, air matanya meluruh tanpa bisa ia cegah saat melihat keadaan suaminya yang tergeletak di jalanan dengan kening, hidung, dan sudut bibir mengalirkan darah, matanya terpejam membuat tubuh Radella seketika lemas.

Tubuhnya merosot di samping Arkan, ia membawa kepala suaminya ke pangkuannya.

"MAS ARKAN!"

"PAPAH!"

"BANGUN, MAS!" teriak Radella histeris, ia memeluk tubuh dingin itu dengan erat.

"ARKAN, AKU MOHON BANGUN!" mohon Radella, bahunya bergetar hebat.

***

Radella menangis sesenggukan di samping suaminya yang tengah terbaring lemah tak sadarkan diri, banyak selang kabel di tubuhnya, ruangan ini sangat sunyi, hanya ada suara isakannya dan bunyi mesin EKG yang sewaktu-waktu bisa saja berubah menjadi nyaring dengan tampilan garis lurus.

Di luar ruangan ada Sem, Richard, Erin, dan Vero, kedua orang tua Arkan sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia.
Sedangkan Andrew? Laki-laki itu keluar entah ke mana, Andrew tidak kuat melihat mamahnya terus menangis, pikirannya kacau, perasaan takut akan hal-hal buruk yang akan terjadi menghantuinya, Andrew ingin menangkan diri.

"Kamu tadi pagi nanya 'kan apa aku nggak apa-apa kalau kamu istirahat? Aku nggak baik-baik aja, Mas, aku kenapa-kenapa, aku capek nangis, aku takut kamu pergi, aku takut kamu ingkarin semua janji kamu, aku takut kamu ninggalin aku sama Andrew. Kalau tau istirahat kayak gini yang kamu maksud, aku nggak akan izinin kamu," tangis Radella semakin pecah.

"Bangun ya, Mas, kamu udah janji lho bakalan terus sama aku," lanjut Radella.

Radella tidak kuat lagi berbicara, waktu itu putranya yang masuk rumah sakit, sekarang suaminya, kenapa saat Radella sudah bahagia bersama laki-laki yang ia suka dan dikaruniai seorang putra justru hidup Radella semakin banyak cobaan, termasuk kisah percintaan putranya yang menjadi korban. Seakan bersama dengan Arkan adalah sebuah kesalahan, entah Radella harus lebih bahagia atau justru lebih sedih.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang