"Masih sakit?" tanya Arkan sembari menyuapi Radella makan.
Wanita itu mengangguk. Tangan Arkan bergerak sedikit mengangkat tangan Radella, kemudian meniup jarinya yang dibalut perban.
"Nggak apa-apa, besok pasti sembuh," ucap Arkan menenangkan.
"Arkan, Ayah mau bicara sama kamu," ucap Martin.
Martin dan Erin berkunjung ke rumah Arkan dan Radella saat mendengar bahwa mereka mendapat kiriman paket misterius.
Arkan beralih menatap mertuanya, kemudian mengangguk. Ia menaruh mangkuk itu di atas nakas, sebelum keluar Arkan mengusap puncak rambut Radella.
Martin duduk di sofa ruang tamu, Arkan ikut duduk di sofa lainnya.
"Sejak kapan kalian diteror seperti ini?" tanya Martin.
"Sebenarnya waktu itu Arkan pernah ditelpon private number juga, Yah," jelas Arkan mulai menceritakan semuanya.
Mungkin dua Minggu yang lalu, Arkan mendapat sebuah telepon dari private number, awalnya Arkan abaikan, tetapi orang itu terus meneleponnya sehingga Arkan terpaksa mengangkat panggilan itu.
Lalu, seseorang di seberang sana mengatakan.
Selamat bermain.
Namun, bukan menggunakan suara asli, si penelepon sengaja menggunakan robot voice changer.
Kemudian kemarin sore saat Arkan hendak pulang kerja, di dashboard mobilnya terdapat surat bertuliskan.
Lepaskan Princess-mu atau lepaskan nyawamu?
Kertas itu usang, di pojok-pojok suratnya juga sedikit robek, tulisannya ditulis menggunakan darah asli, entah itu darah hewan atau manusia, yang pasti baunya masih amis. Kertas surat itu persis seperti kertas surat yang Sem temukan sore tadi di dalam paket.
Setelah membaca surat di dashboard itu pikiran Arkan langsung tertuju pada satu orang.
Radella.
Wanita itu mungkin saja dalam bahaya. Arkan segera pulang, mempercepat laju mobilnya. Namun, saat sampai di rumah Arkan justru menemukan Radella yang hendak memakan seblak pedas. Hal itu membuat Arkan semakin khawatir juga marah, marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga wanitanya. Pikiran Arkan berkalut, ia tidak bisa berpikir jernih sampai pada akhirnya Arkan kelepasan membentak Princess-nya.
"Astaga Arkan, kenapa kamu nggak bilang sama Ayah?" Martin sangat terkejut mendengar semuanya.
"Maaf Yah, Arkan kira telepon yang waktu itu cuman orang iseng, tapi Arkan tadi sudah lapor polisi dan minta Daniel untuk urus semuanya," jelas Arkan.
Arkan sudah meminta polisi untuk menyelidiki kasus ini, selain itu ia juga menyuruh Daniel dan beberapa orangnya untuk menyelidiki secara diam-diam.
Martin menghela napas. "Mulai hari ini Ayah bakal suruh bodyguard buat jaga kalian," pungkas pria tua yang masih gagah itu.
"Maaf sebelumnya, Yah, Arkan tau Ayah khawatir sama Radella, tapi Arkan janji setelah ini kejadian seperti tadi tidak akan terulang lagi. Ayah tidak perlu repot-repot mengirimkan orang-orang Ayah," tolak Arkan sopan.
Martin tersenyum simpul. "Arkan, Ayah ngerti kalau kamu itu bisa jaga Della, tapi masalahnya di sini yang jadi incaran utama itu kamu, Nak."
"Gimana kalau kamu kenapa-kenapa? Kamu mau Della jadi janda muda? Masih banyak lho yang mau sama dia, termasuk Sem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Ficção Adolescente|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...