35. Bingkisan dari Meta

513 79 14
                                    

Claire membuka tirai itu perlahan kala mendengar suara deringan ponsel di sampingnya. Terlihatlah seorang laki-laki dengan satu tangannya terlipat menutupi mata, napasnya terlihat teratur. Sepertinya tertidur.

"Onta Perempatan? Ngapain dia di sini?" gumam Claire lirih karena tak ingin membangunkan kekasihnya.

Gadis itu membuka tirainya semakin lebar agar bisa melihat wajah Andrew, Claire tidur menghadap laki-laki itu, menikmati ciptaan Tuhan yang tak pernah gagal.

Hidungnya mancung, bibir tipis dengan warna merah muda natural, alis hitam tebal, tatapan mata tajam, dan rahang yang tegas. Wajah tidak bersahabat dan dingin itu akan terlihat lebih ramah saat menyinggungkan senyumnya. Dulu saat pertama kali Claire masuk SMA, ia pernah beberapa kali bertemu dengan Andrew dan menganggumi ketampanannya, Claire juga mengira bahwa Andrew adalah laki-laki yang sangat dingin dan tidak tersentuh, karena dari wajahnya memang seperti itu. Membayangkan jika bisa menjadi kekasih seorang es sepertinya. Namun, setelah perdebatannya di kantin, Claire menarik segala ucapannya itu.

Flashback On.

Gerombolan laki-laki dengan empat anggota itu menuju ke kursi yang Claire dan Mika duduki.

"Minggir lo," suruh seorang laki-laki yang paling depan-Andrew.

Keadaan kantin sedang ramai-ramainya sampai tidak ada kursi yang tersisa.

"Apaan sih, orang kita dulu yang duduk di sini," jawab Claire berusaha untuk tetap santai, ia meminum es jeruk pesanannya.

"Gue sama temen-temen gue mau duduk di sini," ujar Andrew.

"Nggak bisalah, ini meja gue!" bantah Claire, Mika hanya diam karena bingung harus bagaimana.

"Oh, ya? Kalau gitu coba dong panggil namanya, nyaut nggak?" tantang Andrew mengundang gelak tawa penjuru kantin. Pipi Claire memanas, ia merasa dipermalukan.

"SETRES!" maki Claire tak tanggung-tanggung.

"Setres teriak setres!" balas Andrew.

"Lo yang setres bego!"

"Siapa?" tanya Andrew.

"Lo!"

"Yang nanya," jawab Andrew santai, ia tanpa permisi duduk di samping Claire.

Tiga temannya ikut duduk, Luke duduk di samping Mika, sedangkan Dirga duduk bersama Liam. Saat itu Luke hanya sekadar mengagumi Mika, tanpa ada niat untuk mengungkapkannya.

Orang-orang yang ada di kantin menatap Claire dan Mika dengan iri karena satu meja dengan Andrew dan Luke, kedua orang itu memang selalu menarik perhatian.

"Eh, apa-apaan sih? Sana pergi! Orang kita duluan yang duduk di sini," protes Claire.

"Gue yang beli!" balas Andrew asal.

"Gue yang buat!" balas Claire tak mau kalah.

"Wah, tukang kayu lo? Gue pesen kursi bentuk cinta dong," ucap Andrew.

Claire yang sudah kepalang kesal langsung menginjak sepatu Andrew.

"Kayak diinjak semut," gumam Andrew yang tidak bisa dibilang hanya gumaman.

"IYA! SEMUT! SEMUT RAKSASA!" kesal Claire, ia memakan baksonya dengan lahap dan cepat membuat Andrew terkekeh pelan.

Apa-apaan ini? Claire kira Andrew adalah laki-laki yang dingin, tetapi kenapa ekspetasinya terlalu tinggi hingga Claire merasa terjatuh ke jurang yang dalam setelah mengetahui realitanya.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang