67. Andrew Khawatir?

678 90 37
                                    

"Terkadang hal-hal yang tidak diinginkan justru terjadi."

-Happier or Sadder?

-🥀-

Hari ini para OSIS diberi tugas untuk meminta sumbangan PMI, Claire dengan jas abu-abu kebanggaannya itu berjalan dengan lemas. Keadaannya semakin memburuk, wajah yang pucat, kepalanya semakin pusing, ditambah flu. Mungkin ini karena kehujanan saat pulang sekolah.

"Ke UKS aja, ya? Istirahat, wajah lo makin pucat," ajak Galen, ia hendak membantu Claire untuk berjalan karena sedari tadi gadis itu sempoyongan.

Claire sontak menjauh saat tangan Galen hendak menyentuhnya, hal itu membuat Galen mengernyit heran. Ia merasa akhir-akhir ini Claire menghindarinya.

"Nggak usah Gal, gue baik-baik aja kok, lo nggak perlu khawatir," jawab Claire, ia mempercepat langkahnya menuju kelas Andrew, meninggalkan Galen karena mereka mendapat tugas di kelas yang berbeda.

Claire mengetuk pintu kelas Andrew, kemudian ia langsung masuk ke dalam diikuti ketiga gadis OSIS lainnya. Lagi-lagi kelas 11 IPS 5 jam kosong, sepertinya para guru tidak kuat mengajar di kelas mereka.

Bagaimana harus kuat jika setiap guru yang mengajar selalu mendapat rayuan buaya dan dibuat naik pitam oleh Liam. Seperti saat Bu Atun sedang mengajar, beliau izin ke toilet, dengan isengnya Liam menyembunyikan kaca mata guru itu. Tentu saja Bu Atun langsung heboh sendiri mencari kaca matanya itu di kelas 11 IPS 5, dan ternyata saat beliau kembali ke kantor kaca mata itu terdapat di mejanya. Katanya Liam hanya ingin membantu beban Bu Atun agar tidak keberatan. Dan lebih parahnya Liam memegang kacanya.

Belum sampai di situ saja bahkan Liam membawa mainan kecoa-kecoa-an, saat Bu Siti sedang mengajar dengan serius, ia melempar banyak kecoa ke berbagai arah, alhasil kelas menjadi heboh. Hal itu dimanfaatkan Andrew, Liam, Luke, dan Dirga untuk keluar kelas.

Tatapan mata Claire bertemu dengan tatapan mata Andrew, laki-laki itu langsung mengalihkan tatapannya dan meletakkan kepalanya di atas meja menghadap ke arah Grace.

Claire memejamkan mata sesaat ketika pusing kembali menyerangnya, salah satu temannya menyenggol lengan Claire.

"Kalau sakit izin aja, Claire," bisiknya.

"Tenang aja, gue nggak apa-apa kok," jawab Claire dengan senyuman.

Claire maju ke depan. "Selamat pagi semuanya, maaf mengganggu waktunya sebentar ...." Gadis itu menjeda ucapannya, ia merasa dunia tiba-tiba berputar, matanya berkunang-kunang.

"Sehubungan dengan-"

Bruk.

"Claire!" panik anggota OSIS saat Claire jatuh tak sadarkan diri di depan papan kelas 11 IPS 5.

Siswa-siswi yang berada di dalam kelas juga ikut panik, terkecuali Andrew yang mengangkat wajahnya sebentar, kemudian ia kembali menaruh kepalanya di meja dengan tangan sebagai bantalannya, seakan-akan Andrew tidak peduli sama sekali dengan keadaan di depannya.

"Ndrew, tolonglah lo pacar dia, 'kan?" tanya seseorang, tetapi Andrew masih tetap menelungkupkan wajahnya.

Luke, Dirga, Liam, dan Grace menatap Andrew dengan diam, tanpa ingin menyuruh ataupun membantu Claire.

"Ndrew! Jangan diem ajalah!"

"Lo apa-apaan sih? Pacar lo pingsan, Ndrew!"

"Panggil Galen!" teriak salah satu anggota OSIS.

Andrew menggebrak meja cukup kuat membuat suasana yang tadinya ramai langsung senyap, ia bangkit dari kursinya dan maju ke depan dengan gagah.

Semua pasang mata menatap laki-laki itu yang sedikit berjongkok, kemudian membopong tubuh mungil Claire ala bridal style, setelah Andrew keluar pun suasana masih hening, mereka melongo melihat aksi yang dilakukan ketua geng itu. Heran dan bingung sekaligus karena Andrew akhir-akhir ini selalu bermesraan dengan Grace dan menjauhi Claire, tetapi tiba-tiba memilih untuk membopong Claire di depan calon tunangannya.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang