71. Kesempatan Kedua

743 95 38
                                    

Malam ini adalah malam puncak dies natalies SMA Jaya Bakti yang ke-30. Andrew turun dari mobilnya sendirian, ia berjalan di koridor dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. Laki-laki itu menggunakan jas berwarna navy, Radella yang memilihkan itu, Andrew menyerahkan semuanya pada mamahnya.

"Kok lo sendirian, Ndrew? Grace mana?" tanya Dirga.

Andrew menghela napas, ia merebut segelas sirup stroberi di tangan Luke, kemudian meminumnya.

Malam ini Luke menggunakan jas berwarna silver, Dirga menggunakan jas cokelat, sedangkan Liam menggunakan jas merah maroon.

"Dia nggak bisa ke sini, istrinya Om Aksel melahirkan," jawab Andrew kesal, jika Grace tidak berangkat lalu bagaimana dengan hukumannya? Bisa-bisa nilai rapot miliknya benar-benar kosong.

Ngomong-ngomong Aksel adalah Kakak tiri Kesya, iya, itu artinya Aksel adalah om-nya Grace.

"Ya elah sok sibuk banget tuh Kopet, palingan juga di sana diem doang tuh orang," sahut Liam.

Luke dan Dirga terkekeh mendengar itu sembari membayangkan Grace yang hanya duduk diam di ruang tunggu sembari memainkan ponsel, sedangkan Andrew sudah terlihat kesal di sini memikirkan nasib nilai rapotnya.

Bu Arin berjalan tergesa menghampiri keempat laki-laki itu.

"Andrew, kamu sudah siap, 'kan? Nanti setelah Kepala sekolah selesai ceramah soalnya kamu yang langsung naik," kata Bu Arin.

"Saya nggak bisa Bu, tadinya mau duet sama Grace, tapi dia nggak berangkat," jawab Andrew.

"Lho, 'kan kamu bisa nyanyi sendiri."

"Males Bu saya kalau sendirian," balas Andrew.

"Halah kebanyakan drama lo, tinggal maju sendiri juga, nggak usah malu, biasanya juga malu-maluin," sahut Liam yang langsung mendapat tatapan horror dari Andrew.

"Ya udah Grace diganti sama Luke, Dirga, atau Liam aja."

Andrew memasang raut wajah ngeri. "Idih, ogah banget Bu, yakali saya nyanyi lagu Sahabat Jadi Cinta duetnya sama mereka! Yang ada nanti keluar berita kalo saya gay! Amit-amit banget!" kata Andrew.

"Gimana kalau sama Claire?" usul Bu Arin saat melihat Claire berjalan sembari menoleh ke kanan dan kiri, seperti sedang mencari seseorang.

Belum sempat Andrew menjawab, Bu Arin langsung memanggil Claire.

"Kenapa ya, Bu?" tanya Claire saat di depan mereka.

Entah kebetulan atau apa, malam ini Claire juga menggunakan dress selutut berwarna navy, rambut lurusnya dibiarkan tergerai. Gadis itu juga menggunakan kalung identitas panitia acara berwarna hitam.

"Andrew ngajak kamu duet," ucap Bu Arin.

Andrew melotot mendengar itu, memangnya kapan dia mengajak Claire untuk duet bersamanya? Teman-temannya menahan tawa mendengar itu, sepertinya Bu Arin memang memiliki dendam tersendiri dengan Andrew.

"Saya nggak bilang gitu, Bu," protes Andrew tak terima.

Claire melirik Andrew sekilas, laki-laki itu terlihat semakin tampan dan gagah saat menggunakan jas seperti ini.

"Maaf Bu, tapi 'kan saya panitia," ucap Claire.

"Udah nggak apa-apa, bantu Andrew, kalo dia nggak maju nilai rapotnya kosong. Ibu pergi dulu, ngomong-ngomong kalian serasi juga bajunya," pamit Bu Arin langsung pergi meninggalkan mereka sembari terkekeh geli.

Luke berdeham. "Kayaknya gue harus ambil minuman lagi," kata Luke karena memang minumannya sudah diambil Andrew, meskipun itu hanya menjadi alasannya.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang