"Maaf Bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain," ucap Dokter itu.
"Dengan itu kami menyatakan waktu kematian Tuan Arkan Reinner pada usia 40 tahun, hari Rabu, 19 Januari 2022, pukul 16:05 WIB, di rumah sakit Sejahtera Bandung."
Radella menggeleng keras. "NGGAK! NGGAK MUNGKIN! SUAMI SAYA PASTI BAIK-BAIK AJA!" histeris Radella langsung berlari mengguncang tubuh Arkan.
Arton, Irma, dan Sem masuk mendengar teriakkan itu, mereka terkejut melihat Radella yang menangis menumpahkan semua air matanya di depan Arkan.
Irma menutup mulutnya tak sanggup, tidak mungkin. Putranya masih sangat muda untuk pergi. Arton memeluk istrinya, memberi kekuatan, berita ini benar-benar mengejutkan untuk semua orang.
Andrew berkedip beberapa kali berusaha mencerna ucapan sang Dokter. Jika ini mimpi tolong bangunkan Andrew sekarang, rasanya benar-benar menyakitkan.
"Dokter bohong, Papah saya nggak mungkin ninggalin saya," ujar Andrew.
"Maaf, tapi-"
"NGGAK! LO BOHONG! DASAR DOKTER NGGAK BECUS, GUE BAKAL TUNTUT LO KE PENJARA! PAPAH GUE MASIH HIDUP, BERENGSEK!" teriak Andrew marah.
"Andrew-" tegur Sem langsung dipotong oleh Andrew.
"Nggak, Dad! Papah masih hidup! Urus kepindahan Papah ke luar negeri, mereka nggak becus, Dad!" perintah Andrew, air matanya mengalir dengan sendirinya.
"Hi, Andrew! Calm-"
"NO, GRANDPA! PAPA IS STILL ALIVE! HE WON'T LEAVE ME!" teriak Andrew memotong ucapan Arton.
"Andrew, tenang!" ucap Sem, ia memegang pundak Andrew.
Manik mata biru Sem mengunci tatapan hancur Andrew yang basah.
"Jangan seperti ini, biarkan papahmu beristirahat dengan tenang," katanya.
Andrew menggeleng tak percaya Sem bisa mengatakan hal seperti itu.
"Daddy ngomong apa sih? Andrew nggak ngerti. Papah masih hidup, Dad! Papah cuman tidur! Pasti Papah bakal bangun!"
Andrew melepas tangan Sem dari pundaknya, ia menghampiri sang ayah.
"Pah! Bangun! Andrew janji bakal berhenti balapan, Papah nggak mau lihat Andrew sukses, hm? Andrew janji bakal nurut sama Papah, tapi Andrew mohon bangun, Andrew nggak mau kehilangan Papah," mohon Andrew memegang tangan Arkan.
Irma menghampiri Radella yang sedang mencengkram baju pasien Arkan dengan kuat.
"Berani-beraninya kamu ngasih berita kayak gini, huh? Bangun, ini nggak lucu, Ar," perintah Radella penuh penekanan, pundaknya bergetar hebat.
"Della, ikhlaskan suamimu, ini sudah takdir, Nak," ujar Irma, sejujurnya Irma juga sangat terpukul, tetapi jika ia ikut histeris, siapa yang akan menenangkan Radella dan Andrew?
Radella menggeleng. "Enggak Bu, Mas Arkan emang suka ngerjain aku! Dulu juga pernah gitu waktu aku ulang tahun, dia pasti sengaja! Mas Arkan nggak mungkin ninggalin aku, dia udah janji."
"MAS, BANGUN, MAS! BUKTIIN SAMA MEREKA KALAU INI CUMAN KERJAAN KAMU!" teriak Radella.
Mata Arkan tetap terpejam dengan tenang, bibir dan wajahnya pucat pasi.
"AKU BILANG BANGUN, AR!" mohon Radella, teriakannya berpadu dengan suara tangisan.
"Kamu udah janji mau terus sama aku! Kamu juga bilang liburan nanti kita ke Swiss, ke Paris! Tapi sekarang ... kamu bohong, Ar, mana janji kamu?" Suara Radella melemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...