47. Good Bye Bayi Bonsai

594 91 20
                                    

"Cinta yang paling menyakitkan adalah ketika dua orang saling mencintai, tetapi dipukul mundur oleh keadaan."

-Andrew Gema Reinner

-🥀-

Andrew dan Claire telah sampai di tempat tujuan, mereka duduk di atas tanah rerumputan yang terawat. Claire menyandarkan kepalanya di bahu Andrew, tatapannya menatap ke arah langit yang berwarna jingga, matahari mulai turun.

Andrew mengambil earphone dari sakunya, ia memutar lagu instrumental, kemudian memasangkan satu di telinga Claire dan satunya lagi untuk dirinya sendiri.

"Kenapa lo mau diajak liat sunset? Padahal lo nggak suka," tanya Claire sembari memainkan gelembung sabun yang tadi Andrew beli.

"Meskipun nggak suka, kalau lo yang minta gue nggak bisa nolak," jawab Andrew malas.

Claire terkekeh, sepertinya Andrew sudah tidak betah sekali, padahal mereka baru saja sampai.

"Lo tau nggak On, gue dulu percaya kalau di dunia ini nggak ada yang sempurna, tapi setelah kenal lo lebih dalam gue jadi ragu sama kata itu," ujar Claire masih fokus menikmati senja.

"Kenapa?" tanya Andrew.

Claire menoleh, ia menatap kedua manik mata Andrew. "Karena hidup lo sempurna."

Andrew mendengus pelan. Ia sangat tidak suka akan penyebutan sempurna untuk hidupnya, karena pada kenyataannya hidup Andrew memang tidak sempurna kelihatannya.

"Lo pernah denger orang pengubah gen?" tanya Andrew, Claire menggeleng.

"Mungkin lo bakal denger sekarang." Andrew menjeda ucapannya. "Gue rasa gue jadi pengubah gen di keluarga Reinner."

Claire mengernyit tak paham. "Maksudnya?"

"Mamah gue pintar, berbakat, cuman lemah di Matematika, Papah gue lumayan, nggak bodoh, nggak pinter, teman bokap gue pernah bilang kalau Papah itu otak komputer, katanya paham semua kode. Sedangkan gue? Lebih rendah dari kata bodoh."

"Lo tau? Gue setiap harinya denger kata cacian, bilang kalau cowok bodoh, biang onar kayak gue nggak pantas jadi anak mereka, katanya gue bukan anak kandung mereka, bilang gue anak pungut, dan gue cuman aib bagi mereka, dan masih banyak lagi."

Claire terkejut mendengar ucapan Andrew, Claire memang sering sekali mendengar ejekan dari teman-teman laki-laki di kelasnya bahwa Andrew tidak cocok dengannya karena bodoh, pembuat onar, dan masih banyak lagi.

Namun, Claire belum pernah mendengar kalimat sepedas yang Andrew ucapkan. Jadi, Andrew tidak hanya di sekolah mendengar kalimat itu?

"Masih mau bilang kalau hidup gue sempurna?" tanya Andrew terkekeh kecil.

"Pintar bukan termasuk gen, kalau lo pengin pintar berarti harus belajar. Nggak usah bales pakai kalimat-kalimat yang justru nunjukin keburukan lo, apalagi pakai kekerasan. Cukup buktiin dengan perubahan lo yang lebih baik lagi, belajar yang rajin, gue yakin lo bisa."

Andrew menatap ke arah sunset dengan pandangan kosong.

"Kalau gue pinter, itu berarti hidup gue sempurna, Bon. Lo tau hidup nggak ada yang sempurna? Jadi, kalau gue pinter pasti ada sesuatu besar yang terjadi bakal jadi kekurangan gue. Rasanya belum siap, gue takut kehilangan lo, bokap, nyokap itu jadi kekurangan di hidup gue."

***

Andrew baru saja pulang mengantar Claire ke rumah dari panti asuhan tadi. Black Eagle di sana hanya memberikan beberapa alat tulis, mainan, makanan, sembako, dan uang untuk yayasan.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang