45. Pulang atau Putus?

630 94 15
                                    

Selama hari-hari Penilaian Tengah Semester, Claire dan Andrew tidak pernah bertemu hanya untuk bermain, mereka bertemu hanya saat Andrew menjemput sekolah dan mengantarkan Claire pulang. Andrew tidak mau mengganggu gadisnya belajar, bahkan mereka tidak bertukar kabar, toh masih tetap bertemu meskipun sebentar.

Hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan tes. Andrew dan teman-temannya hendak melewati kelas Claire sehabis dari warung Bu Elis. Mata Andrew menangkap gadisnya yang tengah melamun dengan dahi berkerut, wajahnya tampak sedih, di tangannya terdapat satu buku LKS.

Andrew menghampiri Claire, ia menghapus kerutan di dahi gadis itu yang terkejut dengan kedatangannya.

"Udah gue bilang berapa kali, jangan bikin wajah kayak gitu, kalau kata Liam tuh angel disawang," ujar Andrew.

(Angel disawang = Sulit dipandang)

Tangan Andrew mengangkat kedua sudut bibir Claire sehingga gadis itu terpaksa tersenyum lebar.

"Nah, gini terus kek, 'kan cakep."

Claire menepis tangan Andrew kasar.

"Cakep apanya? Yang ada gue kayak Joker!" damprat Claire membuat Andrew tergelak. Ia mengacak puncak rambut kekasihnya hingga berantakan.

Seorang siswi sekelas Claire menghampiri kedua orang itu. "Claire, lo dipanggil Bu Arin disuruh ke ruangannya," kata gadis itu.

Wajah Claire langsung berubah. "Oke, makasih ya."

"Gue mau ke ruang BK dulu, sana lo masuk kelas," suruh Claire, gadis pendek itu langsung pergi meninggalkan Andrew.

Alih-alih pulang ke kelas, setelah Claire masuk ke ruang BK Andrew justru ikut bangkit dan menunggu gadisnya di depan ruangan itu.

Tidak lama kemudian Claire keluar, ia terkejut melihat kekasihnya sedang bersandar di tiang penyangga sembari bersedekap dada.

"Ngapain di sini?" tanya Claire.

"Nunggu lo, kenapa tadi?"

Claire diam untuk beberapa saat. "Cuman ditanya kenapa belum bayar uang SPP."

Andrew hendak pergi ke ruang BK, tetapi Claire langsung menahan lengannya. "Mau apa lo?"

"Bayarin lo," jawab Andrew enteng.

"Gila lo! Nggak mau gue. Gue masih bisa bayar kok, nanti," jelas Claire melirihkan kata terakhirnya.

Andrew mengembuskan napas. "Kalau lo nggak mau dibayarin, seenggaknya izinin gue pinjemin uang buat lo."

Claire tetap menggeleng. "Gue nggak mau Gema, gue terlalu banyak ngerepotin lo."

Andrew terlalu baik pada Claire, ia tidak mau membebani kekasihnya lagi.

"Emang sih lo itu suka banget ngerepotin gue," balas Andrew.

Claire berdecak sebal. "Gue lagi nggak pengin bercanda, Gema!"

Andrew mengangguk. "Ya udah sekarang lo penginnya gimana biar gue bantu."

Gadis itu tampak berpikir untuk sesaat, mempertimbangkan semuanya. "Lo ada info loker nggak?"

"Ada," jawab Andrew cepat.

"Apa?"

"Jadi asisten gue. Kerja lo gampang kok, paling nurutin kemauan gue, bikinin gue sandwich stroberi, nemenin jalan-jalan, ikut ke bengkel, ma-"

Claire yang sudah kesal menginjak kaki Andrew kuat. Tidak mungkin Claire menerimanya, itu hanya akal-akalan Andrew agar Claire mau menerima uangnya. Padahal tidak bekerja pun Claire sudah melakukan itu semua untuk pacarnya yang gila itu.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang