43. 2A Yang Manja

786 92 27
                                    

Hari ini Arkan tidak berangkat kerja, ia mengambil cuti karena ingin menghabiskan waktunya bersama keluarganya. Andrew pun tidak pergi bermain, ia ingin menghabiskan waktunya dengan sang Mamah di hari ulang tahunnya. Baru besok ulang tahun Radella akan dirayakan.

Arkan bersedekap dada dengan tampang iri menatap putranya yang sedang tidur di pangkuan Radella sembari diusap rambutnya.

"Andrew, gantian!" pinta Arkan.

"Nggak mau, Andrew aja baru," jawab Andrew.

"Baru apanya? Kamu udah satu jam lebih, gantian Papah," kata Arkan.

Pasalnya sejak tadi Andrew selalu mengatakan kalau dirinya baru saja tidur di pangkuan Radella. Terus seperti itu sampai satu jam lebih.

"Baru juga sejam, belum sehari. Papah 'kan bisa setiap hari, setiap malam," balas Andrew, laki-laki itu sibuk menyusun legonya sembari menikmati usapan halus tangan Radella.

"Ngalah dikit dong sama orang tua," ucap Arkan.

"Mana ada kayak gitu, yang ada Papah yang harus ngalah sama anaknya," jawab Andrew tak mau kalah.

"Andrew, kalau kamu nyingkir Papah kasih uang tambahan, Papah tau uang tabungan kamu abis buat beli miniatur," ujar Arkan.

"Andrew 'kan sekarang kerja," jawab Andrew sombong.

Memang sebelum Radella ulang tahun Andrew memutuskan untuk bekerja di bengkel milik Fariz karena uang tabungannya habis untuk membeli kado untuk Radella. Meskipun gajinya tidak seberapa, tetapi itu cukup untuk mengajak Claire jalan-jalan.

Arkan menghela napas kesal, apa kiranya yang membuat putranya mau bergantian.

"Ra, anak kamu tuh," adu Arkan yang sudah kehabisan cara membujuk putranya.

Arkan menggoyangkan lengan Radella.

"Eh, apa nih pegang-pegang? Nggak boleh!" Andrew merebut lengan Radella yang langsung dipeluk agar Arkan tidak bisa menyentuhnya.

"Ini istri Papah!"

"Ini Mamah Andrew!"

"Udah jelas menang Papah, Papah yang selalu ngasih uang."

"Udah jelas menang Andrew, Andrew yang selalu abisin."

"Kamu nggak kasihan sama Papah? Papah setiap hari capek kerja, gantian dong," ucap Arkan.

"Nggak mau, Papah bisa nanti malam aja," jawab Andrew.

Arkan menghela napas kesal. Radella menatap keduanya jengah, apa-apaan ini? Tadinya hubungan mereka tidak terlalu dekat, tetapi sekarang setelah dekat kenapa terus membuatnya memijit kening?

"Udah jangan ribut, Andrew geser dikit biar Papah bisa tidur juga," suruh Radella, Andrew terpaksa menurut.

Arkan tersenyum kemenangan, ia tidur di pangkuan wanitanya, matanya terpejam dengan senyum mengembang ketika mendapat usapan lembut di rambutnya.

"Kenapa kamu kerja?" tanya Arkan ditujukan pada Andrew.

"Gabut," jawab Andrew sekenanya.

Arkan merasa dejavu dengan jawaban Andrew, ia jadi teringat saat di mana Radella memohon izin padanya untuk bekerja, katanya hanya mengalihkan rasa bosan dan daripada gabut.

"Uang yang Papah kasih kurang?" tanya Radella, Andrew menggeleng.

"Andrew cuman pengin mandiri, daripada main-main di bengkel doang, mending sekalian kerja," jawab Andrew.

"Nggak lelah?" tanya Radella.

"Lelah, waktu Andrew mutusin buat kerja tiba-tiba sering ada orang yang ke bengkel minta dibenerin kendaraannya, padahal nggak ada yang rusak."

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang