53. Galen Lagi

497 85 25
                                    

"Dilarang melanggar aturan, karena aturan dibuat untuk kebaikan."

-Andrew Gema Reinner

-🥀-

Seorang laki-laki tampan yang sudah tak sadar sejak semalam itu kini perlahan membuka kelopak matanya. Ia menatap ruangan putih dengan bau obat-obatan ini.

"Sayang," sambut Radella, ia tersenyum hangat, dalam hati sangat bersyukur pada Tuhan karena putra semata wayangnya telah sadar.

"Mamah," ucap Andrew pelan, ia hendak merubah posisinya menjadi duduk.

"Eh, jangan banyak gerak dulu," cegah Radella.

Arkan menekan tombol untuk menaikan kepala ranjang putranya agar nyaman.

"Makasih Pah," jawab Andrew.

"Gimana keadaan kamu? Perlu Papah panggilkan dokter?" tanya Arkan.

"Andrew baik, tidak perlu," jawab Andrew berbohong, padahal sejujurnya dadanya masih sedikit sesak.

Radella mengusap kepala Andrew penuh sayang. "Mamah takut banget kamu kenapa-kenapa," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Andrew mengusap pipi mamahnya. "Andrew 'kan Jagoan, Mah. Mamah nggak perlu khawatir," kekehnya.

Andrew menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu siang. "Papah nggak berangkat kerja?"

Arkan mendengus. "Bagaimana mungkin Papah berangkat? Sedangkan putraku sedang terkapar di ranjang rumah sakit," sindirnya.

Andrew terkekeh kecil. "Maaf ya udah bikin kalian khawatir."

Mereka mengangguk, Radella mengangsurkan segelas air putih yang diterima oleh Andrew.

"Keadaan Claire gimana Mah? Dia nggak kenapa-kenapa, 'kan?" tanya Andrew setelah meminum air putihnya.

"Dia baik-baik aja, 'kan kamu yang kena asapnya."

Andrew mengangguk. "Sebenarnya itu ledakan apa sih?"

"Tabung gas di warung sebelah sekolahmu bocor," jelas Arkan.

Andrew terkejut. "Warungnya Bu Elis?" tanyanya menyebut warung langganannya.

"Bukan," jawab Arkan. Dulu warung itu juga tempat langganan Arkan dan yang lainnya, saat itu dulu Bu Elis masih muda, tidak seperti sekarang yang sudah memiliki banyak cucu.

"Apa pelajaran yang kamu ambil dari kejadian ini?" tanya Arkan tenang, saking tenangnya membuat orang lain tidak tahu ekspresi apa itu.

"Harus mengabari orang rumah kalau mau pulang terlambat, jangan melanggar aturan karena aturan dibuat untuk kebaikan, dan jangan meninggalkan seorang gadis," jawab Andrew.

"Kalau udah tau gitu jangan diulangin lagi, bahaya Andrew, bisa aja kamu jadi tersangka pelaku kebakaran itu kalau bukti ledakan gasnya tidak ada," kata Radella.

Keadaan sekolahnya sekarang yang dekat dengan warung itu terbakar, kiranya ada dua kelas dan satu gudang. Kemungkinan besar mereka akan diliburkan untuk sementara waktu.

"Andrew kapan boleh pulang?" tanyanya dengan raut wajah bosan.

"Hei, kamu baru aja sadar udah nanya kapan pulangnya," omel Radella.

Andrew menghela napas berat, ini membosankan.

Suara pintu diketuk, Radella mempersilahkan untuk masuk. Senyum Andrew mengembang saat tahu bahwa itu anggota Black Eagle dan kekasihnya. Mereka menyalimi tangan Arkan dan Radella secara bergantian.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang