28. Aku Cinta Kamu

12.5K 943 78
                                    

Ditanya seperti itu, Ira pun tertegun. Tenggorokkannya tercekat, ia bingung bagaimana cara menjawab Bian. Jika langsung menjawab iya, rasanya terlalu malu.

“Bi, ini terlalu mendadak. Jujur aku masih shock. Bisa kasih waktu, gak?” tanya Ira.

Mendapat jawaban seperti itu, Bian langsung tidak enak hati. Ia pun salah tingkah karena Bian pikir Ira akan langsung menerimanya. Apalagi setelah apa yang mereka lakukan barusan. Bian mengira Ira memiliki perasaan yang sama dengannya.

Bian menunduk sambil melipat bibirnya ke dalam. “Emm, oke. Aku gak mungkin maksa juga, kan. Tapi kalau emang kamu mau nolak aku juga gak apa-apa, kok. Itu hak kamu,” ucap Bian.

Ia salah paham dengan jawaban Ira barusan.

“Lho, aku bukannya mau nolak, By. Aku cuma butuh waktu aja. Kamu paham gak, sih?” tanya Ira.

Bian mengangkat kepalanya. Kemudian ia menatap Ira. “Bedanya apa kalau jawab nanti atau sekarang? Apakab bisa berubah?” tanya Bian.

Ira tercekat.

“Aku yakin sebenernya kamu udah punya jawaban. Tapi entah kenapa kamu mau nunda. Makanya aku pikir kamu mau nolak aku dan minta waktu cuma karena gak enak hati sama aku,” ujar Bian.

“Gak gitu, Bi!” ucap Ira. Ia heran mengapa Bian mendadak jadi insecure seperti itu.

“So?” tanya Bian sambil mengangkat kedua alisnya.

“Kamu jangan gitu, dong. Aku jadi berasa ditodong. Aku cuma pingin ngeyakinin hati aku aja. Makanya butuh waktu,” ucap Ira.

“Emang apa yang bikin kamu gak yakin?” tanya Bian.

“Ya seperti yang tadi aku bilang. Ini semua terlalu cepet. Kita juga kan baru beberapa hari damai. Sebelumnya kita kayak tom and jerry dan sekarang kamu tiba-tiba ngajak nikah. Aku cuma khawatir kamu tuh gak serius,” jelas Ira.

Bian terdiam sambil menatap Ira. Apa yang Ira katakan memang benar. Sepertinya ia terlalu buru-buru.

Namun, sebenarnya Bian sudah mempertimbangkan semua itu beberapa hari terakhir. Bahkan ia sudah melakukan shalat istikharah dan hatinya semakin yakin.

“Ra! Aku ini bukan ABG yang masih main-main. Aku gak mungkin ngajak kamu nikah kalau belum yakin dengan perasaanku sendiri,” ucap Bian, sambil menatap Ira.

“I-iya, sih. Tapi masalahnya kamu aja belum pernah bilang cinta sama aku. Tiba-tiba ngajak nikah begini. Kan aneh,” ucap Ira, gemas.

Mulut Bian membulat. “Oooh, jadi itu masalahnya?” tanya Bian sambil tersenyum.

Ira kembali salah tingkah. Ucapannya barusan seolah mengharapkan ungkapan cinta dari Bian. “B-bukan begitu maksudnya,” ucap Ira, kikuk.

“Lalu? Aku harus bagaimana supaya kamu mau nikah sama aku?” tanya Bian sambil menundukkan sedikit kepalanya dan menatap Ira.

“Ahhh, gak tau, Bi! Aku bingung harus gimana. Soalnya aku gak pernah pacaran,” ucap Ira, sebal. Kemudian ia langsung menutup rapat mulutnya.

“Oya? Kamu gak pernah pacaran?” tanya Bian sambi tersenyum. Wajahnya terlihat berbinar kala mendengar Ira tidak pernah pacaran. Tentu ia sangat bangga jika bisa menjadi yang pertama dan terakhir di hati Ira.

Ira yang sangat malu itu tidak berani menatap Bian. Ia langsung berdiri dan hendak berlari. Sontak saja Bian menahan dan menariknya. Sebab kondisi saat itu sedang hujan.

Bug!

Ira yang hendak berlari itu malah menabrak tubuh Bian. Sehingga saat ini posisi mereka seperti sedang berpelukan.

Bian pun tak ingin melewatkan momen seperti itu. Ia melingkarkan tangannya di tubuh Ira. “Kamu mau ke mana?” tanya Bian.

“A ... a ... aku mau pu-lang, lah,” jawab Ira, gugup. Jantungnya berdebar kencang tidak karuan. Bahkan Bian sampai bisa merasakan debaran jantung gadis itu.

“Masih hujan. Kamu bisa sakit kalau sampai kehujanan. Tunggu sebentar lagi!” ucap Bian.

“Iya, tapi apa harus seperti ini?” tanya Ira. Berusaha melepaskan pelukan Bian.

“Harus! Biar kamu gak kabur dan supaya tetap hangat. Nih pegang, aku mulai kedinginan!” ucap Bian sambil menaruh tangan Ira di pipinya.

Ira dapat merasakan pipi Bian begitu dingin. “Ya ampun. Kamu kedinginan gara-gara jaketnya aku pake, ya? Ya udah ini biar kamu aja yang pake!” ucap Ira. Ia jadi tidak enak hati karena Bian sampai kedinginan demi dirinya.

Saat Ira hendak melepaskan jaket, Bian menahannya. “Jangan! Kalau aku yang sakit, ada kamu yang bisa ngobatin. Kalau kamu yang sakit, aku bisa apa?” sahut Bian.

“Tapi itu kamu dingin banget,” ucap Ira.

“Makanya sekarang aku meluk kamu biar hangat. Jangan mikir aneh-aneh, dong!” pinta Bian. Kemudian ia mendekap Ira dan menyandarkan kepalanya di kepala Ira yang lebih rendah darinya itu. Sehingga pipi Ira menempel di dada Bian.

Akhirnya Ira pun tidak protes. Ia cukup menikmati pelukan itu karena memang sangat nyaman.

“Bisa denger, gak?” tanya Bian.

“Denger apa?” Ira balik bertanya.

“Entahlah. Apa yang kamu denger? Gak mungkin kan kamu gak denger apa-apa?” sahut Bian. Ia tidak ingin menjelaskan. Ia ingin Ira sadar sendiri.

“Iya.” jawab Ira.

“Iya apa?”

Ira yang kesal pun menoleh ke arah Bian dengan cepat. “Iya aku denger jantung kamu deg-degan kenceng banget. Cerewet, deh!” keluh Ira sambil menatap Bian.

“Ra!” ucap Bian sambil menatap Ira dalam-dalam.

“Heuh?” Ira pun tercenung karena ternyata wajah mereka begitu dekat.

“Aku cinta kamu,” ucap Bian, serius.

Deg!

Tubuh Ira langsung meremang saat mendengar ungkapan cinta dari Bian. Ia bahkan tidak sadar bibirnya ternganga. Sehingga membuat Bian khilaf untuk kedua kalinya.

Bahkan apa yang ia lakukan kali ini lebih dari yang sebelumnya. Ia mencurahkan seluruh perasaannya melalui perbuatan. Sehingga begitu bersemangat.

“Emh!” Ira tak sengaja mendesis. Membuat mereka berdua tersadar dan membuka mata. Namun mereka seolah masih betah dan enggan melepaskan tautannya. Sehingga mereka berpagutan sambil saling menatap.

Tentu saja hal itu membuat aliran darah mereka mengalir dengan cepat. Semakin lama, mata mereka pun mulai berkabut. Bahkan mereka tak sadar bahwa hujan telah berhenti.

Debaran jantung yang begitu cepat, membuat napas mereka pun cepat. Sehingga mereka dapat merasakan hembusan napas masing-masing dan itu menambah gairah mereka.

Entah apakah mereka akan sadar atau melanjutkan kekhilafan itu. Yang pasti saat ini pelukan mereka semakin erat. Seolah tak ingin terpisahkan.

***

Harap tenang ya, pemirsa😁👻

See u, 

JM. 

Komandan TampankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang