“Itu kan mobil Ira, ngapain dia di situ?” ucap seseorang yang melihat mobil Ira dari kejauhan. Kemudian ia pun menepikan mobilnya di belakang mobil Ira.
Orang itu tidak langsung turun. Ia menunggu untuk beberapa saat, tetapi masih tidak ada pergerakan juga.
“Gak bener ini!” gumam orang itu. Akhirnya ia turun dan menghampiri mobil Ira.
Orang itu pun mengetuk kaca jendela mobil tersebut.
Tuk! Tuk! Tuk!
Ira dan Bian terperanjat.
‘Astaga, Bang Zein!’ batin Ira. Ia sangat terkejut kala menyadari bahwa ada kakaknya di luar.
“Prof Zein?” tanya Bian. Ia sangat mengenal siapa pria itu. Namun Bian masih santai karena ia belum sadar.
Tanpa dosa, Bian pun langsung menurunkan jendela mobilnya.
“Bi, Jangan!” pekik Ira. Namun sayangnya kaca jendela mobil Ira sudah terlanjur turun. ‘Aduh! Mati gue,’ batin Ira.
Zein yang saat itu sedang berada di samping pintu Bian pun sangat terkejut. Saat melihat ada komandan itu di mobil adiknya. Pikirannya langsung kacau dan kecurigaannya pun semakin menjadi.
“Kamu?” tanya Zein, dengan bola mata yang hampir melompat.
“Malam, Prof,” sapa Bian, santai. Ia masih belum menyadari bahaya yang mengintainya.
“Bang!” lirih Ira.
Bian langsung menoleh. “B-bang?” tanyanya, kemudian ia menoleh ke arah Zein.
“Kamu ngapain di sini, Ra?” tanya Zein, ketus. Dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajahnya terlihat emosi melihat Bian dan Ira berada di dalam mobil di pinggir jalan.
“Kamu kenal Prof Zein?” tanya Bian lagi. Ia masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
“Oh iya, kamu kan dokter. Wajar kalau kenal,” ucap Bian. Sebenarnya ia berusaha menolak apa yang sempat ia pikirkan tadi.
Namun, akhirnya Zein mengungkapkan kebenarannya. “Ira adik saya. Kenapa kamu bisa sama dia?” tanya Zein, tegas.
Deg!
Bak tersambar petir di siang bolong, Bian sangat terkejut saat mengetahui bahwa Zein adalah kakak kandung Ira.
“Bener?” tanya Bian sambil menoleh ke arah Ira.
“Iya,” sahut Ira, sambil tercenung. Saat ini ia sudah bingung harus berbuat apa. Ira pun pasrah akan apa pun yang mungkin terjadi.
Bian terdiam untuk beberapa saat. Ia masih sangat shock menerima kenyataan ini. ‘Susah payah aku move on, tapi kenapa harus bertemu dengan mereka lagi?’ batin Bian. Namun tidak mungkin ia melepaskan ira begitu saja.
“Saya tunggu kalian berdua di rumah!” ucap Zein, tegas.
Ia pun langsung berlalu, masuk ke mobilnya. Zein sudah siap untuk mengintrogasi mereka.
“Kamu kok gak cerita kalau kakak kamu itu Prof Zein?” tanya Bian.
“Emang aku tau kalau kamu kenal sama dia?” sahut Ira.
“Iya juga, sih,” lirih Bian. Ia sangat kalut karena tidak mungkin dirinya menjadi ipar Zein.
‘Kalau aku jadi ipar dia. Sama aja aku bunuh diri. Astaga! Gimana bisa aku berhadapan dengan mereka (Zein dan Intan),’ batin Bian.
“Ya udah ikutin Abang aku, cepet!” ucap Ira. Ia sudah pasrah dengan segala kemungkinan yang terjadi.
Akhirnya Bian pun membuntuti mobil Zein.
![](https://img.wattpad.com/cover/311127211-288-k11423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan Tampanku
RomanceIra yang merupakan seorang dokter dijodohkan dengan Bian yang merupakan komandan angkatan darat. Namun pertemuan pertama mereka kurang baik, sehingga Ira dan Bian saling membenci satu sama lain. Ira sengaja dikirim ke perbatasan oleh papahnya agar b...