"Hehehe, ampun, Ndan!" ucap anak buah Bian sambil cengengesan.
"Ya udah, kali ini aku beneran pergi. Assalamualaikum," ucap Bian. Kemudian ia meninggalkan istrinya itu.
"Waalaikumsalam. Hati-hati, Sayang," sahut Ira.
Ia menatap kepergian suaminya itu. "Semoga kamu cepat kembali, Bi. Aku gak sanggup kalau harus pisah terlalu lama lagi,' batin Ira.
"Duh, jadi pingin nikah," ledek anak buah Bian.
"Ya udah, tinggal mengajukan!" sahut Bian, santai.
"Yah, saya kan bukan Komandan yang bisa sat set sat set. Mau nikah juga pengajuan dulu, belum lagi prosesnya yang lama," keluh anak buah Bian.
"Ya iya sih masalah utama mah belum ada calonnya! Hahaha," ledek anak buah Bian yang lain.
Mereka semua pun tergelak.
Beberapa jam kemudian Ira sudah tiba di rumah Muh kembali. Saat ini ia sedang bersantai di kamarnya, sambil memainkan ponsel.
"Kok dia belum ngabarin aku, ya?" gumam Ira.
Ia gelisah menanti kabar dari suaminya itu. Padahal Bian tidak sempat untuk memberi kabar pada Ira. Sebab setibanya di sana ia sudah ditunggu oleh yang lain dan langsung melaksanakan tugasnya.
Saat tiba di lokasi, Bian langsung berkoordinasi dengan yang lain. Ia pun ikut menyusuri permukaan laut untuk melacak keberadaan pesawat menggunakan radar. Saat ini ia belum bisa menyelam karena hari sudah malam.
Bian tidak bisa main-main dalam menangani masalah itu. Sehingga ia tak sempat untuk mengecek ponselnya.
Selesai mengelilingi permukaan laut, Bian kembali ke darat. Setelah itu ia kembali berdiskusi untuk menjelaskan rencana esok hari. Sehingga ia baru bebas tugas sekitar pukur 22.00 WIB.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai," gumam Bian. Setelah itu ia menghubungi istrinya.
Telepon terhubung.
"Halo, Bi! Kamu ke mana aja, sih? Dari tadi ditungguin gak ada kabar. Jam segini baru ngabarin aku," keluh Ira.
Bian tersenyum mendengar istrinya begitu cerewet. "Maaf ya, Sayang. Tadi aku gak sempat pegang hape. Karena aku sampai sini sudah malam, jadi langsung patroli terus koordinasi untuk rencana besok pagi," jelas Bian.
"Jadi besok pagi kamu mau menyelam?" tanya Ira.
"Iya. Doain aku, ya! Semoga membuahkan hasil dan bisa cepat selesai," pinta Bian.
"Aamiin ... tapi apa yakin kalau pesawatnya tenggelam di laut?" tanya Ira.
"Berdasarkan info dari menara ATC, pesawat itu terlihat terakhir kali di daerah sini. Kami berharap mereka semua selamat. Tapi kalaupun ternyata benar tenggelam, semoga segera ditemukan," jawab Bian.
"Aamiin ... kamu udah makan, belum? Jangan sampai telat makan ya, Bi!" ucap Ira.
"Iya, Sayang. Udah kok. Kamu jangan khawatir, ya! Besok udah kerja apa belum?" tanya Bian.
"Udah, Bi. Aku di rumah juga ngapain, yang ada malah bete. Jadi kerja aja," sahut Ira.
"Ya udah, jangan nakal! Aku mau mandi dulu terus istirahat," ucap Bian.
"Kamu tidur di mana?" tanya Ira lagi.
"Di sini kami membuat tenda darurat. Jadi selama pencarian, kami akan tidur di tenda," jawab Bian.
"Di tenda?" tanya Ira dengan nada miris.
"Tenang aja! Ini tendanya gak sama dengan yang di perbatasan, kok. Kan tenda besar yang isinya banyak. Jadi mirip seperti rumah. Toilet pun ada," jawab Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan Tampanku
RomanceIra yang merupakan seorang dokter dijodohkan dengan Bian yang merupakan komandan angkatan darat. Namun pertemuan pertama mereka kurang baik, sehingga Ira dan Bian saling membenci satu sama lain. Ira sengaja dikirim ke perbatasan oleh papahnya agar b...