Hati Ira berdebar-debar kala diminta untuk tes kehamilan oleh ibunya. Ia tak menyangka akan secepat ini mendapatkan momongan. Meski hasilnya belum pasti, tetapi entah mengapa Ira yakin bahwa dirinya memang mengandung.
"Kamu ada test pack, gak?" tanya Rani.
Ira menggelengkan kepalanya. "Enggak, Mah," jawabnya.
"Ya udah nanti Mamah suruh Bibi beli dulu. Atau kamu mau langsung cek ke rumah sakit?" tanya Rani.
"Test aja dulu deh, Mah. Kalau ke rumah sakit, takut hasilnya gak sesuai harapan," jawab Ira.
"Ya udah. Tapi kamu sarapan dulu, ya! Jangan sampai sakit karena telat makan!" nasihat Rani.
"Iya, Mah. Terima kasih," sahut Ira, sambil tersenyum.
Setelah itu Rani meninggalkan kamar tersebut, kemudian ia meminta Bibi untuk membeli test pack. "Bi, tolong beliin test pack, dong!" ucap Rani pada ART-nya.
"Lho, Mamah hamil?" tanya Muh, kanget.
"Yang bener aja, masa Mamah hamil?" timpal Zein yang masih ada di sana.
"Kalian ini! Bukan buat Mamah," ucap Rani, gemas.
"Terus buat siapa, dong?" tanya Muh.
"Buat pengantin baru," jawab Rani, sambil membelikan uang pada Bibi.
"Ira?" tanya Muh sedikit menyentak.
"Hem!" ucap Rani, kemudian ia bergabung dengan mereka.
"Wah ... kasihan Bian," gumam Zein sambil tersenyum.
"Lho, kasihan kenapa? Namanya istri hamil, dia pasti senang, lah," ucap Muh, heran.
"Ya senang, sih. Tapi kan mereka baru nikah. Jadi gak bisa pacaran dulu, hehe," canda Zein.
"Emangnya kamu!" ucap Rani, sebal.
"Ahh, pasti samalah. Lihat aja nanti istrinya lahiran, dia yang pusing sendiri. Apalagi Bian kan sering dinas ke luar. Gak kebayang, deh," ucap Zein sambil tersenyum. Ia senang melihat nasib Bian.
Tak lama kemudian Bibi datang dengan membawa test pack yang diminta oleh Rani. "Ini test packnya, Bu," ucap Bibi sambil memberikan benda terebut.
"Oke, terima kasih, Bi," sahut Rani. Kemudian ia pergi ke kamar Ira.
Tiba di kamar Ira, Rani langsung menyuruh anaknya itu melakukan tes. "Sayang, ayo dites dulu!" ucap Rani, sambil memberikan alat itu pada Ira.
"Iya, Mah," jawab Ira. Ia pun beranjak dari tempat tidur, kemudian pergi ke kamar mandi sambil membawa alat tersebut.
Hati Ira berdebar-debar kala menantikan hasilnya. Ia tak dapat membayangkan bagaimana perasaan Bian jika tahu dirinya mengandung.
Ira pun tersenyum dengan air mata yang menetes kala melihat ada dua garis merah di alat tersebut. 'Ya Allah, alhamdulillah,' batin Ira. Tangannya sampai gemetar karena tak menyangka di dalam rahimnya ada benih Bian yang tumbuh.
"Gimana hasilnya, Sayang?" tanya Rani, yang sejak tadi tidak sabar menanti hasil tes anaknya itu.
"Positif, Mah," jawab Ira dengan suara bergetar.
"Alhamdulillah," ucap Rani. Ia pun langsung memeluk Ira. Ia sangat bahagia karena anaknya diberi rizky begitu cepat.
"Bian pasti akan sangat bahagia jika mengetahui hal ini, Sayang," ucap Rani sambil mengusap kepala Ira.
"Iya, Mah. Tapi Mamah jangan kasih tau dia dulu, ya!" pinta Ira.
"Iya, Sayang. Biar kamu aja yang bilang langsung ke dia!" ucap Rani. Ia paham bahwa anaknya ingin memberikan kejutan pada Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan Tampanku
RomanceIra yang merupakan seorang dokter dijodohkan dengan Bian yang merupakan komandan angkatan darat. Namun pertemuan pertama mereka kurang baik, sehingga Ira dan Bian saling membenci satu sama lain. Ira sengaja dikirim ke perbatasan oleh papahnya agar b...