"Hehehe, jangan dong, Om. Aku cuma bercanda," jawab Bian, malu-malu.
"Tapi kalau kami setuju, kamu mau kan?" tanya Muh. Ia menyunggingkan sebelah ujung bibirnya.
"Ya mau, Om. Kan sambil menyelam minum air, hehe," sahut Bian. Saat ini ia tidak terlihat seperti seorang komandan. Bian malah salah tingkah karena tadi sudah keperegok oleh Muh.
"Dasar anak muda!" ucap Muh. Meski begitu harapannya pada Bian tidak berkurang. Sebenarnya ia paham atas sikap Bian tersebut. Namun Muh tidak ingin jika sampai anaknya dijamah sebelum menikah.
Seandainya ia tahu apa yang telah mereka lakukan selama di perbatasan, mungkin Muh akan mengamuk. Meski begitu, untungnya Bian dan Ira tidak pernah berlebihan.
"Oh iya, kebetulan besok ada acara sertijab di rumah sakit. Kalau sempat, tolong hadir!" ucap Muh. Ia mengundang mereka secara langsung untuk menghadiri acara tersebut.
Saat ini Zein sedang sibuk persiapan alih jabatan, sehingga ia tidak bisa hadir di sana. Meski begitu, Muh sudah memberi informasi bahwa hari ini Ira akan dilamar.
"Sertijab apa, ya?" tanya Irawan. Sebelumnya ia sibuk dengan urusan Bian. Sehingga tidak mengetahui tentang hal itu.
"Usiaku kan udah gak muda lagi. Sekarang sudah saatnya Zein yang turun tangan untuk memimpin rumah sakit. Jadi aku hanya perlu memantaunya dari rumah," ujar Muh.
"Wah, alhamdulillah sudah bisa santai di rumah. Tinggal menikmati masa tua sambil menimang cucu," sahut Irawan, senang.
"Iya, alhamdulillah sekarang anak Zein juga sudah lahir. Jadi banyak waktu luang untuk main sama cucu," jawab Muh. Ia pun terlihat bahagia saat menyebutkan cucunya.
"Pantesan hari ini Prof Zein gak kelihatan," ucap Irawan.
"Dia lagi sibuk untuk persiapan besok. InsyaaAllah dia hadir di acara pernikahan Kia dan Bian," sahut Muh, yakin.
"Oh iya, jadi pernikahannya mau kita adakan di mana?" tanya Irawan, sambil menoleh ke arah Ira.
"Berhubung belum mau ada resepsi, mungkin bisa diadakan di rumah atau di masjid," jawab Muh.
"Bagaimana, Bian-Ira? Kalian mau di mana?" tanya Irawan.
"Kalau di rumah, repot gak, Mah?" tanya Ira, pada mamahnya.
"Gak juga, sih. Nanti kan tinggal pesan tenda dan dekorasi sama catering. Simple," sahut Rani.
"Ya udah kalau gitu di rumah aja, deh. Soalnya kalau di masjid kan takutnya gak bisa mendadak," jawab Ira.
"Emang kamu mau nikahnya kapan, Ra?" ledek Muh.
"Papah ...," keluh Ira, manja.
Mereka semua terkekeh. "Kalian ini sama saja!" canda Muh.
"Ya sudah, kalau begitu kami pulang dulu. Sudah malam," ucap Irawan.
"Lho, gak makan dulu? Ini kami sudah siapkan makanan. Haduh, sampai lupa," ucap Muh.
Ia terlalu fokus pada Bian yang hampir menyosor pada anaknya. Sehingga Muh lupa untuk menjamu tamunya tersebut.
"Waduh ... tapi ini sudah malam," ucap Irawan.
"Jangan begitu, Pak. Masa udah dijamu, malah mau ditinggal pulang!" ucap Bian.
"Bilang aja kamu mau lebih lama di sini, Bi!" skak Ibu Bian.
Bian hanya menjawabnya dengan senyuman. Ia khawatir salah bicara dan Muh marah lagi padanya.
"Ya sudah kalau begitu. Mari kita makan dulu!" ajak Muh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan Tampanku
RomanceIra yang merupakan seorang dokter dijodohkan dengan Bian yang merupakan komandan angkatan darat. Namun pertemuan pertama mereka kurang baik, sehingga Ira dan Bian saling membenci satu sama lain. Ira sengaja dikirim ke perbatasan oleh papahnya agar b...