Saat tiba di depan kamar Zein, kebetulan pintu kamar tesebut tidak ditutup. Bian pun mengintipnya secara perlahan.
"Oooh, lagi ngelonin Aydin," gumam Bian, pelan. Kemudian ia mengendap masuk, ingin melihat istrinya itu dari dekat.
Bian tersenyum kala melihat istrinya terlelap sambil menepuk-nepuk paha Aydin secara perlahan. "Sepertinya kamu sudah terlatih. Jadi nanti tidak bingung lagi ketika kita sudah punya anak," gumam Bian. Ia pun bangga bisa mendapatkan seorang istri seperti Ira.
Dalam kondisi lelap saja tangan Ira terus bergerak. Membuat Bian senang karena istrinya itu bisa mengurus bayi.
"Tidur yang nyenyak ya, Sayang. Biar nanti malem energinya full lagi," bisik Bian sambil mengusap kepala Ira. Ia pun tersenyum karena yakin nanti malam energi Ira sudah kembali full.
Setelah itu Bian pun meninggalkan Ira dan pergi ke taman. Ia ingin mencari angin di sana.
"Mas Bian mau kopi?" tanya ART yang melihat Bian sedang duduk. Ia sudah lama bekerja di sana, sehingga memiliki inisiatif yang tinggi.
"Boleh, Bi. Papah sama Mamah ke mana, ya?" tanya Bian. Ia bingung karena kondisi rumah cukup sepi.
"Ibu dan Bapak lagi istirahat di kamar. Biasanya nanti pas dzuhur baru bangun," jawab Bibi.
"Oh iya, terima kasih, Bi," ucap Bian. Kebetulan waktu dzuhur tinggal beberapa menit lagi.
Bibi pun pergi membuatkan kopi untuk Bian. Sementara Bian menunggu di taman sambil merenung.
"Seandainya hidupku bisa damai terus seperti ini. Mungkin akan sangat menyenangkan. Tapi rasanya itu sangat mustahil," gumam Bian, sambil melamun.
Tentu kehidupannya tidak akan bisa damai saja. Apalagi pekerjaannya sebagai garda terdepan keamanan negara. Bian harus selalu waspada dan siap menghadapi berbagai masalah.
"Ya Allah, semoga istriku kuat mendampingiku sampai kapan pun. Berikan kami kebahagiaan lebih lama lagi. Aamiin," ucap Bian.
Beberapa saat kemudian, Bibi sudah kembali dengan membawa secangkir kopi. "Ini kopinya, Mas," ucapnya.
"Oh iya, terima kasih, Bi," sahut Bian. ia pun mengambil kopi tersebut, kemudian menaruhnya di meja.
"Sama-sama, Mas. kalau butuh apa-apa panggil saya saja, ya! Saya mau mengerjakan yang lain dulu," ucap Bibi.
"Iya, Bi. Eh tunggu! Bibi tau gak makanan kesukaan Ira apa?" tanya Bian.
"Tau dong, Mas. Mbak Ira itu paling suka makan jengkol balado," jawab Bibi, yakin.
Bian terkejut mendengarnya. "Hah? Serius?" tanyanya. Ia tahu selama ini Ira lama tinggal di Singapura. Sehingga ia sangat kaget saat mengetahui bahwa istrinya itu sangat menyukai jengkol balado.
"Iya. Dulu kan Mbak Ira lama tinggal di Singapura, jadi kalau ke Indonesia pasti minta dimasakin itu," jelas Bibi.
"Wah ... terima kasih infonya, Bi. Selain itu apa lagi?" tanya Bian.
"Selebihnya sih Mbak Ira gak pilih-pilih. Alhamdulillah beliau suka makan apa aja," jawab Bibi.
"Ya sudah, terima kasih infonya ya, Bi," ucap Bian.
"Baik, Mas. saya permisi dulu," sahut Bibi.
Keesokan harinya, Bian dan Ira sedang bersiap untuk pergi berbulan madu.
"Koper kamu ini aja, Sayang?" tanya Bian.
"Iya, Bi," sahut Ira.
"Ya udah, aku masukin koper ke bagasi dulu, nanti aku tunggu di bawah, ya," ucap Bian.
![](https://img.wattpad.com/cover/311127211-288-k11423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Komandan Tampanku
RomanceIra yang merupakan seorang dokter dijodohkan dengan Bian yang merupakan komandan angkatan darat. Namun pertemuan pertama mereka kurang baik, sehingga Ira dan Bian saling membenci satu sama lain. Ira sengaja dikirim ke perbatasan oleh papahnya agar b...