Heart Defense (Lutfi) end

11.4K 1.2K 22
                                    

Vote dulu baru baca!
Kalau gak bintitan😋

***

Ketukan di pintu kamar membuat Lutfi menoleh. Ibunya masuk dengan sebuah nampan di kedua tangannya. Wanita itu tersenyum pada Lutfi dan duduk di tepian kasur sebelah pria tersebut.

"Sarapan dulu," kata sang ibu.

Lutfi menggeleng. "Nanti aja, Ma," katanya.

"Jangan nanti-nanti terus. Kamu bisa tambah sakit."

"Tapi aku beneran gak enakan perutnya. Mana rasanya hambar semua. Pasti nanti muntah lagi."

"Gak papa. Daripada perutnya kosong. Namanya juga lagi sakit, wajar apa-apa rasanya gak enak dan mau muntah. Ayo," Sang ibu terus memaksa.

Karena merasa tidak akan menang berdebat, Lutfi akhirnya membuka mulut saat sang ibu menyodorkan sesendok nasi padanya. Meskipun berkuah, tapi Lutfi tetap merasa kering pada tenggorokannya dan susah menelan.

"Nya, ada tamu."

Suara pelayan rumah membuat ibu Lutfi menoleh ke ambang pintu kamar. "Oh, iya, sebentar," katanya.

"Mama tinggal bentar. Kamu makan dikit-dikit ya," kata wanita itu sebelum berlalu meninggalkan kamar Lutfi.

Lutfi menghela napas. Ada waktunya ia ingin sekali mengakhiri semuanya. Rasanya sesak dan menyakitkan saat kembali mengingat bagaimana ia berusaha untuk melupakan Aolani. Gadis cantik yang sudah membawa pergi hatinya.

"Kamu lagi apa, Ao?" gumam Lutfi dengan tangan yang begitu lemah memegang sendok.

"Aku kangen."

Suara sesenggukan Lutfi seketika menghentikan langkah kaki ibunya yang hendak kembali masuk. Wanita itu menelan ludah sambil menyentuh dadanya. Rasa sakit yang Lutfi rasakan juga bisa ia rasakan. Kehilangan bukanlah sesuatu yang bisa kita prediksi.

Lutfi mengusap pipinya yang basah dengan tergesa saat mendengar langkah kaki mendekat. Kepalanya yang semula tertunduk kini terangkat seketika. Ia memaksakan senyum lebar untuk ibunya.

"Aku—"

"Hai,"

Tubuh Lutfi menegang. Sendok di tangannya seketika terlepas. Lutfi meletakkan nampan di tangannya dengan tangan berkeringat. Perlahan ia bangkit dari kasur dan mendekati sseseorang yang kini berdiri sambil tersenyum padanya.

Lutfi menelan ludah. Matanya menatap liar pada wajah seseorang di depannya. Lutfi meyakini diri kalau ia kini tengah bermimpi. Ini sungguh mimpi.

"Kata Mama—"

Tubuh Lutfi menempel erat pada tubuh di depannya. Kalimat yang hendak orang itu katakan tertelan kembali karena Lutfi mendekapnya begitu erat.

"Mas..."

"Kamu kembali. Kamu kembali."

Dua kata yang Lutfi ucapkan berulang kali dengan kedua lengan yang semakin erat memeluk tubuh itu.

"Mas, aku bisa remuk."

Lutfi menangis. Kali ini ia tidak perlu menutupi lagi perasaannya. Hampir setahun memendam kesakitan sendiri, akhirnya ia meluapkan semuanya. Tangis itu terdengar pilu dan menyayat.

"Maafin aku, Ao. Maafin aku."

Aolani, gadis itu kembali dan kini berada dalam dekapan hangat Lutfi. Kekuatannya seketika ikut kembali. Dadanya menghangat lagi.

"Jangan pergi. Jangan pergi."

Lutfi kembali berujar dengan nada ketakutan. Dua telapak tangan yang kini mengelus punggungnya membuat Lutfi semakin menangis. Ia bukan mimpi.

SHORT STORY 2022 - 2023 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang