1.2. It's About How To End A Night

29.7K 1.9K 6
                                    


"Thanks, Aphrodita. Berkat kamu saya bisa menikmati sedikit sisi lain Jakarta hari ini." Seorang pria tinggi, rambut keriting sangat pendek dan berkulit eksotis khas Indonesia Timur memberikan helm hijau pada Dita.

"Sami-sami. Saya hanya nunjukin tempat-tempat yang dikira menarik untuk di foto."

Glen tergelak. Menampilkan giginya yang rapi dan putih, kontras dengan warna kulitnya segelap tembaga, namun berkilau dalam gelap malam. Glen seorang fotografer profesional yang pernah bekerja untuk majalah National Geographic, begitu penuturan Glen pada Dita selama perjalanan tadi siang hingga matahari kembali ke peraduannya.

"Tapi kamu asyik. Nyambung. Nggak kepo tapi nggak cuek sama saya."

"Hehe. Makasih pujiannya, Bang."

"Tadi kamu bilang, kamu masih kuliah?"

"Yup."

"Semester?"

"Akhir."

"Owh. Skripsian?" Dita mengangguk.

"Doakan lancar sampai wisuda, Bang Glen."

"Tentu. Semoga bermanfaat ilmunya."

"Terima kasih. Tapi bener nih, turunnya di sini?" Dita mengedikkan kepalanya ke sebuah bangunan tua dengan jendela kaca yang memancarkan sinar kuning yang hangat dari dalam. Lampu-lampu kuno menempel pada dinding-dindingnya, namun tidak berhenti membuat kesan hangat dan homey. Dita seperti pulang ke rumahnya, karena rumahnya yang sekarang mulai terasa 'dingin'.

"Bener. Banyak food enthusiast yang memberi ulasan bagus di blog mereka mengenai makanan di The Leisure Treasure Bakery ini. Croissant-nya terbaik di Jakarta. Lagian jarak ke hotel saya hanya lima menit jalan kaki dari sini."

Dita hanya bisa mengangguk. Dia tahu benar croissant bukan makanan murah bagi kantongnya sekarang. Untuk makan siang saja, dia harus mencari makanan yang harganya masih reasonable untuk isi dompetnya.

"I really have a nice trip today, thanks to you. Sampai ketemu lagi, Aphrodita," ucap Glen tulus.

"Sama-sama, Bang Glen."

"Kalau saya ke Jakarta, semoga kita bertemu lagi dan kamu harus jadi tour guide saya." Dita tertawa.

"Tentu." Dita langsung berpikir cepat. Kalkulator dalam kepalanya berjalan menghitung berapa uang yang mungkin dia terima nanti kalau menjadi driver dan tour guide Glen. Tadi saja tips yang dia terima cukup untuk membayar setengah dari uang pendaftaran wisudanya nanti.

"Okay. Gotta go. Bye Aphrodita." Dita melambaikan tangannya diiringi sebuah senyum.

***

Jam sembilan malam, dan Dita masih di toko roti tadi sepeninggal Glen ke hotelnya. Sambil makan roti murah yang dia beli tadi pagi, Dita memandang saksama bangunan dua lantai ini. Sebuah bangunan lama. Sepertinya masih ada jejak-jejak kolonial Belanda pada arsitektur bangunan yang di dominasi warna putih gading pada dindingnya dan hitam pada kusen jendelanya.

"The Leisure Treasure Bakery?" Dita mematut-matut arti nama toko roti itu. "Apa maknanya?" Karena kelamaan berpikir, dia putuskan untuk memutus diskusi dalam kepalanya dan bersiap pulang ke rumah yang sebenarnya.

***

Pukul sebelas malam waktu Indonesia bagian The Leisure Treasure Bakery.

Ares sedang berkutat dengan pembukuan di laptop. Pria itu suka lupa waktu kalau sudah mengurusi toko yang dibesarkannya dari nol. Kalau tidak tenggelam di dapur, ya di depan laptop dalam ruangan pribadinya di lantai dua.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang