1.24. Maple

13.1K 1.4K 5
                                    

1.24. Maple

Maple yang membuatnya harus pulang.

Kalau bukan karena kangen dengan dengkuran kucingnya dia akan tetap berada di dapurnya. Kalau bukan karena Maple belum makan malam, dia akan tidur di kantornya sendiri.

Sudah sebulan saja dia merasa begitu. Malas pulang ke huniannya sendiri gara-gara ada orang asing di rumahnya. Ares, mungkin kamu sudah bisa menganggap istrimu bukan orang asing lagi karena kalian sudah menikah satu bulan. Tapi tetap saja dia tidak tahu apa-apa soal istrinya.

Oke, Ares tahu gadis itu adalah seorang mahasiswi. Hanya sebatas itu. Tapi satu yang pasti, Dita adalah teman yang dianggap dekat oleh adiknya. Dan dari adiknya juga dia tahu bahwa Dita berteman dengan adiknya bukan karena money and famous oriented seperti teman-temannya yang lain. Tapi karena Dita adalah teman yang asik untuk diajak brain storming. Masalahnya, Ares tidak menemukan ciri-ciri yang disebut adiknya itu pada istrinya sampai detik ini.

Tapi, bagaimana bisa kenal, aku pulang, dia langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Dia pulang, aku pura-pura sibuk di ruang kerjaku atau sok menyibukkan diri di dapur dan ruangan gym.

Dan selama sebulan itu, tidak ada hal aneh yang terjadi di apartemennya. Misalnya, barang hilang, furnitur yang rusak, atau barang elektronik yang tidak berfungsi dengan benar karena salah pemakaian. Baiklah, untuk yang satu itu, Ares sudah mendapatkan kepercayaan Dita.

Namun ada hal aneh yang tak pernah terjadi sebelumnya selama tiga tahun dia hidup berdampingan bersama Maple. Setiap Ares memasuki huniannya, Maple kalau tidak mengeong ke pintu Dita, kucing gemuk itu terlihat sedang duduk manis di atas alas kaki di depan pintu kamar istrinya.

"Hellow Maple. Kamu nggak nyambut Papa, nih?"

"Miauuuw." Barulah Maple berlari ke tuan sebenarnya. Untuk sesaat, Ares merasa cemburu.

Cemburu pada kucing? Iya. Hanya sebenar-benar pecinta kucing sejati yang bisa merasakan perasaan cemburu karena tidak mendapatkan timbal balik kasih sayang dari kucingnya.

"Kenapa? Lapar? Yuk makan. Papa akan kasih makan yang banyak." Seakan-akan Maple manusia saja, Ares.

Hal aneh lain adalah tempat makan Maple selalu penuh atau tersisa sedikit. Dan itu berarti hanya satu hal.

"Kamu sudah makan malam, ya?" Penasaran, Ares menuangkan makanan kering ke mangkuk Maple.

"Makan, Maple."

"Miauuuw." Kucing gemuk itu sama sekali tidak menyentuhnya. Apa mungkin Dita yang memberi makan Maple?

***

Kalau tidak terpaksa, Dita tidak akan keluar dari kamarnya. Dia sangat haus. Sedangkan tumbler 2 liternya kosong melompong. Botol minum sebesar itu memang dipersiapkan agar tidak perlu bersinggungan dengan Ares. Dita tidak mau hal itu terjadi.

Dan lagi, dia sangat lapar. Bekerja di depan laptop dan membaca banyak literatur membuat tenaganya terkuras dengan cepat. Lecutan untuk segera lulus membuatnya seperti berada di arena balap kuda. Makin hari adrenalinnya makin terpacu untuk segera menyelesaikan bab 4. Dita harus segera sampai di garis finish agar mendapatkan titel sarjana, keluar dari tempat ini, dan mencari pekerjaan dengan benar.

Membuka pintu kamar saja rasanya seperti maling. Pelan dan tanpa suara. Dita sampai menahan napas karena takut membangunkan si empunya apartemen. Jam 2 malam bukan waktu yang wajar untuk beraktifitas di mana hampir semua orang beristirahat dengan tenang—kecuali untuk para manusia nokturnal—dan yang jelas suaminya sudah terlelap sekarang.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang