2.63. The Impulsive Guy Part 1

12.3K 1.2K 62
                                    

"Mas Ares!" protes Dita. Matanya membola saking kagetnya.

Bagaimana tidak kaget? Ares menutup kembali pintu mobilnya dan cepat-cepat memenjara jemari Dita di sela jemarinya!

Itu karena Ares membaca gelagat Dita yang mau kabur lagi.

Ares benar-benar pintar membuat jantung anak gadis Safarina merana karena berdentam tak beraturan.

"Dia bukan perempuan nggak jelas, Pa!" kata suara rendah itu. Genggaman itu makin kuat. "Dia nggak ada hubungannya dengan perkara pernikahanku dengan Juan. Jadi Ares mohon, jangan hina dia!"

"Mas! Apa-apaan?" bisik Dita. Semakin kuat Dita mencoba mengendorkan genggaman Ares, semakin erat Ares memerangkap tangan mungil Dita.

Mas Ares kenapa, sih?!

"Kalau begitu menikahlah secepatnya. Agar Papa bisa melihat pikiranmu memang tidak terjebak dengan perempuan tukang ojek itu."

Papa benar juga. Aku lebih baik terjebak dengan perempuan tukang ojek ini dari pada menuruti ego Mama dan Papa.

"Mas Ares," mohon Dita. "Sakit, Mas."

"Pa, Ares sedang di jalan. Nanti Ares telepon lagi."

Klik.

"Kamu sudah dengar, kan? Kamu nggak perlu turun, Aphrodita! Kamu nggak boleh jauh dari saya! Bukan-bukan. Jangan pernah tinggalkan saya," katanya dingin.

Dita dibuat bingung, karena yang Dita tangkap justru Ares seperti pria nelangsa yang sedang memohon dalam keputusasaanya.

Mas Ares kenapa begini?

"Mas, tangan saya!"

Butuh beberapa detik bagi Ares untuk menyadari apa yang telah dia lakukan pada tangan asistennya.

"Ya Tuhan!" Pria itu kelihatan sangat menyesal.

Apakah kali ini Ares bersikap impulsif? Karena kemudian dia menghimpit tangan kecil itu dengan tangannya yang lain dan memperlakukannya dengan hati-hati bak keramik berumur ribuan tahun.

"Maafkan saya, Dita. Did I hurt you?" tanya suara khawatir itu.

"A-Apa?"

"Apa saya menyakiti tangan kamu? Maaf," katanya lembut sekali lagi.

Tidak cukup irama jantungnya porak poranda, Dita mengalami sengatan listrik berdaya kejut sedang pada permukaan kulitnya yang di genggam Ares dengan kuat, kokoh, dan memenjarakan.

"Saya... baik-baik aja kok, Mas." Pelan tapi pasti Dita menarik tangannya. Lalu diam-diam dia menarik napas dan menghembuskannya pelan demi meredakan gejolak euforia kupu-kupu kecil menyenangkan dalam perutnya.

Semua gara-gara Ares.

***

Malam melelahkan tidak menyurutkan tekad Ares menemui Dadang. Informasi bahwa Dadang 'membuntuti' kehidupan pribadinya telah menyulut sesuatu dari diri Ares. Seakan membuat hidupnya menjadi kosong tak berarti sebagai seorang anak tidaklah cukup bagi Dadang. Sekarang dia mengusik orang di dekatnya?

At this very time, I'm not gonna let it slide, Pa, tidak Dita, tekadnya ketika berkendara menuju kediaman Dadang Sasongko.

Ketukan di pintu membuat sebuah suara berat menggema, "Masuk".

"Pa, berhenti melakukan apa pun yang Papa lakukan padaku dan Dita."

"Di mana sopan santunmu pada orang tua? Jarang datang ke rumah langsung mengkonfrontasi Papamu?" ucap Dadang santai. Dadang menyisip kopi sekali dan meletakkannya. "Duduk."

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang