Teman. Teman? Hah!
Sepanjang jalan pulang, diam adalah pilihannya. Memasang headset lalu pura-pura membaca hasil revisi bab 5 yang tidak jadi ditunjukkan ke Bu Eli.
Sadar Dita. Kamu dan Pak Ares kan sudah sepakat untuk menyimpan rapat-rapat pernikahan sialan ini. Kenapa aku harus kesal, sih? Kan nikahnya Cuma pura-pura. Kenapa kamu yang bapeeeer?!
Suara musik di radio mengisi kesenyapan ganjil yang tiba-tiba ini. Sejak mesin mobilnya di hidupkan, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut gadis di sebelahnya.
Padahal waktu di klinik, bakat cerewetnya sudah terdeteksi. Tapi sekarang, ada apa dengan kertas-kertas yang dibacanya? Apa dia menyesal sekarang karena mengantar Maple ke klinik hewan dan membuatnya tidak jadi bimbingan?
Ares bingung bagaimana sebenarnya kepribadian seorang Dita.
Bahkan saat dari turun mobil, naik lift, dan memasuki apartemen, Dita diam seribu bahasa. Main gawai adalah jalan ninja Dita untuk bungkam. Dita khawatir, bila bicara, kata-kata yang akan keluar tidak akan menyenangkan.
Maple di pindahkan dengan sangat hati-hati oleh si chef ke sebuah lipatan selimut tebal, seakan-akan kucing itu adalah sosok rapuh. Pria itu duduk bersila di depannya sambil mengelus sayang. Sakit hati Ares melihat Maple terbaring lemah. Pokoknya, malam ini Ares bertekad tidak akan tidur dan terus mendampingi anabulnya.
Tahu-tahu Dita duduk di lantai di sebelah Ares, ikut membelai kepala Maple lalu berkata, "Maple, maafin aku ya. Beneran nggak sengaja. Besok aku beliin kamu treat kesukaan kamu." Si chef mengulum senyum dan menyimak. Ares yakin ucapan Dita sangat tulus.
Tak lama, Dita beralih ke suaminya. "Pak. Saya masuk ke kamar." Lalu meninggalkan Ares yang heran menatap punggung gadis itu menghilang di balik pintu.
Ada apa lagi dengan gadis itu?
***
"Ma, Mama lagi di mana? Kok ribut banget suaranya?" Orang tua tetaplah orang tua apa pun perbuatan yang pernah mereka lakukan. Dita rindu Safarina. Rindu curhat seperti saat dirinya masih SMA, rindu ketika mamanya selalu ada untuknya. Rasa bersalah yang menumpuk karena Maple sakit, ditambah kesal gara-gara suaminya memperkenalkan dirinya sebagai teman di depan orang lain membuatnya ingin meluapkan gundah hatinya. Keseeeel.
Dita rela menahan lapar dengan tidak keluar kamar karena tahu hari ini Ares akan selalu berada di sisi Maple sampai anabulnya sehat. Dita tidak mau bersinggungan dengan Tukang Roti galak itu hari ini. Padahal dia juga ingin berada di dekat Maple. Dilema.
"Mama lagi di pantai, Nak." Suara angin menyambar mikrofon ponsel mamanya sampai ke rungunya hingga menimbulkan suara berisik. Oke. Dita percaya.
"Di pantai? Pantai mana?" Dalam pikiran Dita kalau tidak di Pantai Ancol, Florida, atau Anyer. Mereka sering ke sana dulu bersama Papa tercinta. Tapi masalahnya dengan siapa mamanya pergi? Apa kegiatan arisan?
"Mama lagi jalan-jalan di Maldives." Safarina terkekeh kecil di ujung sana.
Maldives? Di mana sih, Maldives? Yang pernah aku dengar tentang Maldives hanya tempatnya yang indah dan laut yang menghipnotis.
"Emang Maldives di mana, Ma?"
"Maldives itu Maldewa, Aphrodita. Geografi kamu gimana, sih? Maladewa itu negara kepulauan dekat Sri Lanka. Ya nggak dekat-dekat amat sih. 700 KM lah dari Sri Lanka."
"APA?! Sama siapa?" Apa jangan-jangan duit mahar aku Mama pakai untuk... Dita menggelengkan kepalanya. Takut berpikiran negatif ke Mamanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...