2.52. First Day

12.3K 1.3K 8
                                    

Tidak ada yang spesial dalam penyambutan karyawan baru di The Leisure Treasure Bakery. Sebelum toko dibuka, semua karyawan dikumpulkan di ruangan display dan mereka akan saling berkenalan singkat di sana. Hanya sebatas itu. Karena prinsip Ares, berkenalan bisa sambil jalan. Yang penting produksi tidak boleh terhenti hanya karena berkenalan.

"Mulai hari ini Dita akan bekerja sebagai asisten saya sekaligus helper di dapur," kata Ares pada seluruh anak buahnya.

Kemudian Ares memperkenalkan semua stafnya. "Itu Ana cake specialist, Sandy pattisier, Mimi di kasir, Dewi dan Kiki adalah pramuniaga kita. Lalu Arip, seksi bersih-bersih," kata Ares lugas tanpa basa basi.

"Halo semuanya. Semoga kita semua bisa saling bekerja sama dengan baik. Mohon bimbingannya," ucap Dita percaya diri.

"Halo Dita." Ana melambaikan tangannya.

"Hai Dit," sapa Sandy.

"Selamat datang Kak Dita," sambut Dewi

Dan sisanya melambaikan tangan sambil tersenyum ramah. Mimi salah satunya. Mimi sangat senang ketika tahu Dita yang akan menggantikan Danang—si asisten kriminal yang dulu. Mimi mempunyai semacam hunch, alias firasat kalau mereka akan berteman baik. Biasanya sih, firasat Mimi selalu benar.

Setelah itu, seperti tidak terjadi apa-apa. Semua kembali ke posisi masing-masing dan meninggalkan Dita dan Mimi di tengah ruangan.

"Baiklah Mbak Dita. Ikuti aku."

Mimi mulai menjelaskan semua yang nampak oleh sapuan mata mereka di ruang display makanan. Mulai dari etalase kue dan roti, lemari pendingin minuman kemasan, station minuman Hot & Cold yang menyediakan teh, kopi, susu segar, hingga berbagai macam smoothie, dan terakhir meja kasir yang hanya dipegang oleh satu-satunya manusia yang mempunyai otoritas untuk menguasainya: Mimi.

"Kita ke dapur ya Mbak Dita. Connecting door ini menghubungkan ruang display tempat customer kita belanja dengan dapur."

"Baik, Mbak.

"Permisi." Mimi dan Dita masuk ke dapur tempat semua makanan lezat di etalase di produksi. Dita tidak bisa tidak takjub dengan pemandangan yang dihamparkan di depan matanya. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing dengan semua alat-alat baking yang selama ini hanya bisa Dita lihat di TV atau internet.

"Kami Cuma mau berkunjung sebentar."

"Lama-lama juga nggak apa-apa, Dit," sahut Sandy. Tangannya sibuk menipiskan adonan cinnamon roll tapi mulutnya tetap aktif 'beraktifitas'. "Dit, semoga betah ya sama si Bos. Dia kadang-kadang galak. Tapi hatinya selembut butter cream, kok."

Ares memutar bola matanya dramatis. Tidak ada waktu melawan anak buahnya sekarang. Pesanan 50 buah croissant sedang menunggunya.

"Yes nambah satu anggota ghibah. Nanti kita gosipin Si Bos sama Mimi ya Dita," ucap Ana ramah. Tanpa merasa bersalah ia melanjutkan mencetak bentuk bulan dan bintang di fondant tipis warna kuning lemon.

Mau tak mau si Bos berkacak pinggang meninggalkan croissant-nya yang sedang digulung cantik.

"Masih lama, Mimi? Sepertinya kedatangan kalian sedikit mengganggu produktifitas kami."

"Satu lagi Bo... Mas Ares." Mimi hampir keceplosan. Mimi tidak mau mengajarkan yang tidak-tidak pada si anak baru. Bisa-bisa Mimi yang dituduh memberikan pengaruh buruk dengan mengajak Dita memanggil Bos pada Bosnya. "Ini yang paling penting, Mbak Dita" Mimi menunjuk sebuah rak khusus gawai milik Ares dan menjelaskan apa isinya. "Kamu harus selalu, SELALU stanby dan berlari bila Mas Ares panggil kamu dari dapur."

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang