Dita dan Maple duduk di lantai menunggu pemilik hunian mewah ini pulang dari Sidney. Jantungnya berdegup terlalu kencang, membuat Dita sering menepuk-nepuk dada kirinya demi meredakan debaran itu.
Sejak pesan WhatsApp dari Ares masuk dan mengatakan dia akan sampai dalam sepuluh menit, Dita jadi tak sanggup menelan apa pun. Padahal dia sedang menikmati mi rebus di depan TV.
Suara melodi pintu terbuka seperti alunan musik merdu di telinga Dita. Maple mengeong menatap pintu.
Dita pikir, Ares akan langsung menodong jawabannya ketika mata mereka bertemu. Namun, apa yang terjadi? Ares melangkah tergesa-gesa untuk memeluk gadisnya.
Pria itu menghirup dalam-dalam aroma yang dirindukannya. Aroma Dita yang sarat akan keharuman sebuah 'rumah'-rumah masa depannya.
Karena Ares diam saja, Dita mulai bersuara. "Mas."
"Hm?"
"Mas, janji ya harus BEHAVE!"
Ares hanya terkekeh. Pelukannya justru makin erat.
Deguban dalam dada Dita menjadi-jadi. Dia yakin, Ares pasti merasakannya. Tapi setengah menit kemudian, Dita jadi tidak yakin. Ini... deguban jantung dirinya yang bertalu-talu atau... degub jantung Ares?
"I miss you like crazy, little one. What a seven rough day without you," bisik Ares.
Dita terkekeh. "Bahasa Indonesia Mas Ares. Nanti saya salah tangkap makna, gimana?"
Tubuh Ares bergetar karena meredam tawanya sendiri. Namun pelukannya tak lepas dari kesayangannya.
"Saya kangen berat, Dita." Pelukan Ares makin erat. "Apa kamu juga kangen saya?"
Dita mengangguk malu-malu di dada bidang itu.
"Thanks."
Setelah melepas rindu, akhirnya pria itu berbicara tanpa benar-benar mengurai pelukannya.
"Dengar, Aphrodita Diana Saraswati. Saya nggak peduli kamu sebatang kara, miskin, nggak punya apa-apa, dan nggak punya siapa-siapa. Dan saya nggak peduli apa kata orang tentang kamu. Yang saya pedulikan hanya satu: jangan tinggalkan saya, Dita. Saya mohon," ucap Ares berbisik.
Mengapa permohonan Ares terdengar amat sedih di telinganya? Bagaimana mungkin Dita akan berkata tidak atas niat rujuk Ares?
"Kenapa?"
"Hm?"
"Kenapa Mas nggak peduli dengan latar belakang saya?"
Bibir merah muda Ares yang tak pernah merokok tersenyum manis. Gemas Ares dengan pipi yang sedang memerah itu. Ingin Ares gigit sekarang juga. Tapi dia tidak mau membuat Dita lari tengah malam gara-gara perbuatannya. Jadinya, Ares menahan diri hanya dengan membelai rambut panjang legam itu, mengelus pipi Dita, dan berlama-lama di sana.
"Karena latar belakang kamu tidak akan mengubah fakta bahwa saya suka semua hal tentang kamu. Kamu akan menjadi alasan kenapa saya hidup dalam kebahagiaan, Dita."
Pshhhhh.
Hati anak gadis Safarina menghangat.
"Beneran?"
"Iya."
"Serius?"
"God. Iya Sayang. Iya," gemas Ares.
Dita mencebik, pura-pura kesal. "Sayang, sayang. Murah banget sayangnya, Pak?"
"You're the only person I called 'Sayang', Sayang."
Dita tertawa lepas, membuat pria itu terpana. Seperti yang sudah-sudah.
"Jadi gimana? Saya diterima?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...