Soundtrack of the day : Louis & Ella, Dream A Little Dream of Me (1950)
---
Sofa itu tidak cocok diduduki perempuan selain Dita, pikir Ares.
Pria itu menyilangkan kakinya dan menggosok dagunya yang tidak dia cukur tadi pagi.
"Res. Are you even listening?" Kesal Juan dibuatnya gara-gara lawan bicaranya terlihat tersesat dalam dimensi lain.
Ares spontan berhenti menyentuh dagunya.
"Besok aku diundang sponsor untuk gala dinner ulang tahun perusahaan mereka. Aku mau kamu jadi plus one-ku. Kita bisa ke designer langgananku pagi ini. Jangan khawatir karena dia bisa mencarikan baju di H-1 acara."
Ares berpikir sebentar, kemudian ada gelengan kecil mengikutinya. "Saya pikir itu bukan ide yang bagus, Juan."
"Kenapa?"
"Pergi dengan kamu berarti publisitas. I can't. I'm sorry."
Dahi mulus itu berkerut. "Memang bakal ada wartawan. Tapi kenapa tidak? Toh aku tidak keberatan kita tampil bersama di ranah publik. Bagus, kan?"
"Aku yang keberatan. Karena aku tidak mau orang lain menganggap kita sedang bersama."
"Maksud... kamu?"
"Aku tidak bisa melanjutkan proses ini ke jenjang yang lebih lanjut." Ares tersenyum masam. "Makanya aku tidak ingin terlihat kita bersama oleh orang lain."
Ada perasaan bersalah menggelayut di hatinya. Tapi, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Dia tidak mau menggantungkan hati Juan lebih lama. Dan dia juga harus memulai mengambil sikap untuk memperjuangkan hati seorang perempuan cengeng favorit Maple.
"I don't...get it, Res." Ujung jemarinya mulai dingin. Juan menolak mengerti apa kata-kata Ares. Bukan kalimat itu yang ingin Juan dengar.
"Juan, aku tidak mau melanjutkan pendekatan ini. Aku pikir, yang kita lakukan sia-sia-,"
"Sia-sia?" sela Juan. "Kamu bilang sia-sia? Jadi kamu anggap semua usahaku untuk hubungan kita tidak ada artinya? Apa kamu bahkan berusaha, Res?!"
"Juan. Bukan begitu maksudku."
"Ares. Look at me! Aku nggak cantik?"
"Tentu saja tidak, Juan."
"Apa aku kurang memikat? I'm not appealing as Nina?"
"What? No! Jangan bawa-bawa Nina. Dia masa laluku," tegas Ares. "Kamu cantik, berbakat, disukai Indonesia. Tapi hatiku tidak bisa untuk dua wanita. I'm so sorry," ujar Ares menyesal.
Informasi barusan benar-benar menghantam nalarnya. Hanya ada satu nama yang langsung terlintas dalam benak Juan. Nama itu membuat akal sehatnya benar-benar diuji beberapa detik yang lalu. Sebab, hampir saja Juan mencari perempuan yang telah merebut Aresnya di dapur. Tapi, apa kata dunia bila dia melabrak seseorang dengan tidak anggun?
"Perempuan itu... Dita, kan?"
"How...?"
"Hah!" Juan dengan dramatis melempar tangannya ke udara dan menghempaskannya ke pangkuan dengan sisa-sisa tenaga.
Ares tidak mau ambil pusing dari mana Juan mengetahuinya. Justru makin memudahkan Ares memberi penjelasan.
"Kamu boleh menyalahkan tindakanku yang plinplan. Tapi aku juga baru sadar bahwa ternyata selama ini aku telah jatuh cinta padanya jauh sebelum kita bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...