1.20. Confrontation

12.6K 1.2K 10
                                    

"Alhamdulillah. Untung kamu masih baik-baik aja." Dita membolak-balikkan ponselnya—satu-satunya barang berharga yang ia miliki karena dengan benda ini lah dia mencari uang. "Retak dikit di layar nggak apa-apa. Yang penting kondisinya masih oke," gumam Dita. Ia menghembuskan napas lega berkali-kali.

Sungguh, Dita tadi deg-degan ketika ponselnya terjatuh. Takut ketahuan menguping. Hanya itu alasannya. Tapi untungnya, tidak ada seorang pun yang menganggap eksistensinya di sana. Dita tidak mau menjadi penyebab pertengkaran mereka untuk kedua kalinya. Cukup sekali saja ia di tuduh jadi perempuan tidak baik-baik dan menyebabkan Ares batal nikah. Jadi Dita berlagak seperti Tuan Crab, berjalan menyamping dan keluar mengendap-endap dari TKP sehingga hanya punggungnya saja yang terlihat.

Ada hal yang mengganggu Dita selepas keluar dari gedung apartemen itu hingga membuatnya merenung di jok motor. Ares dan Nina, apakah hubungan mereka serapuh itu sehingga hanya dengan satu kejadian di apartemen Ares, tunangannya langsung membuat keputusan besar: membatalkan pernikahan? Lalu adegan panas di dalam mobil yang dia saksikan dengan mata kepala sendiri. Apa sebegitu mudah bagi seorang wanita yang batal menikah dan patah hati, langsung memiliki hubungan spesial dengan pria lain?

Sepertinya mereka sudah lama berhubungan, kalau melihat gerak-gerik mereka yang sangat intim, batin Dita. Tapi mereka nggak urusanku, kan? Benar kan, hati? Halo, hati nurani, kamu denger aku, kan? Dita sibuk dengan pikirannya sampai tidak sadar sebuah bayangan gelap mendekat dan menaungi dirinya.

"Kamu!"

"AAAAA... hmmph...!!!" Ares terpaksa membekap mulut gadis yang berteriak itu. Hampir tengah malam sekarang. Dengan teriakan perempuan di parkiran, kalian pikir apa yang akan terjadi? Dalam hitungan detik sekuriti bisa saja datang dan Ares tidak mau hal itu terjadi.

"Sssst, bisa diam, nggak? Ini saya. Ares!" Setelah memastikan memang bukan tukang begal pelakunya, Dita mengangguk. Dita, Dita. Mana ada tukang begal di area gedung apartemen?

"Pak. HP saya. HP saya kelempar gara-gara Pak Ares bikin kaget," sembur Dita panik setengah meratap setelah mulutnya bebas dari bekapan. Gadis itu menemukan ponselnya tergeletak cantik di dekat roda depan dengan retak yang makin parah. Dan parahnya lagi, ponselnya menolak hidup.

"Pak Areeees. Ponsel saya, Pak. Nggak mau hidup gara-gara jatuh. Gimana saya ngojek kalau begini? Nggak aktif sehari aja rugi banget, Pak. Pemasukan saya nol," ujar Dita tergugu, terisak sedih. Ares panik. Ini pemandangan keduanya melihat gadis itu cengeng seperti anak kecil.

"Shhht. Udah Dita. Saya minta maaf, Okay. Saya ganti yang baru. Tapi berhenti dulu nangisnya."

Dita masih terisak, memandang ponselnya yang malang.

"Saya bilang, saya minta maaf," ulang Ares lebih lembut. Padahal niatnya tadi ingin melampiaskan kesal pada calon istri si driver ojol yang muncul di tempat yang tidak tepat. Ya Tuhan, calon istri? Menggelikan, teriak Ares di kepalanya.

"Besok saya ganti. Janji." Akhirnya Dita mengangguk.

Ares lalu melihat jam tangannya dan menyugar rambutnya kasar.

Tidak sekarang, Ares. Tenang, kamu punya waktu empat bulan dengan gadis ini.

"Besok kita bicara serius, Aphrodita!"

"Untuk apa chef?" Dita cemberut, namun masih terlihat jelas oleh Ares di temaram lampu parkir. Ares memutar matanya karena kata chef. Entahlah, dia tidak suka saja.

"Semuanya. Ponsel kamu, soal akad nikah, dan kejadian tadi!"

Mau protes, Dita di bungkam dengan tatapan tajam si Tukang Roti—tiba-tiba nama panggilan itu terasa pas di kepala Dita. "Setengah jam lagi ganti hari. Kita pulang. Saya iringi kamu sampai ke depan rumah kamu."

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang