💖TIGA BAB MENUJU THE END💖
Apa yang kalian harapkan di bab terakhir? Any Idea(s)?
Karena zuzurly, kadang komen kalian bikin aku terinspirasi, lho. Mhuehehehehehehehe 😏😎
Yuk Ramaikan, Yuk dengan vote dan komentar.
Sampai bab ini pun, aku sangat berterima kasih untuk semua vote dan komen temen-temen. Dan yang paling penting adalah karena kalian telah membaca cerita ini. I am so grateful. (Alhamdulillah)
Psssst, kalau mau follow aku juga boleh. Hehe (Nguarepdotkom)
---
Perasaannya tidak tenang sejak tamu terakhir pergi. Merinding dan tidak nyaman selalu mengikutinya. Seperti diikuti serial killer! Eh, tidak seseram itu juga sih.
Semua gara-gara Yayang!
Itu karena Ares terlalu diam, tapi matanya membuntuti ke mana Dita bergerak.
Menyibukkan diri di wastafel cuci piring adalah jalan ninjanya untuk menghindar. Bagaimana tidak? Tatapan Ares seperti orang yang kerasukan setan cemburu.
Hah? Cemburu? Mana mungkin?
Dita mencebik menolak percaya dan hendak menuang sabun cuci piring ketika tangannya dicegat.
"Astaga Naga! Kaget, Mas!" Dita sampai memegang dadanya.
"Kamu tega bikin aku jalan sepanjang ruangan untuk mendapatkan perhatian kamu?"
"Mas bisa teriak manggil aku, kan?"
Ares medengkus samar. "Jangan sok sibuk, Sayang. We need to talk about something."
Dita tertangkap basah!
"Bu-Bukan begitu. Aku memang ingin bersih-bersih sebelum pulang. Jadi Mas tunggu gih, di sofa," kilah Dita.
"Kenapa Yayang tahu tentang Tobi dan aku enggak?" tuntut Ares.
Dita tertawa kering dan memutuskan berhadapan dengan si jangkung yang matanya menggelap sekaligus terluka seperti...
Cemburu? Masa sih?
"Mas... cemburu?"
"Ya."
Bukannya marah, justru hatinya lega dan berbunga-bunga. Dita tersenyum manis, membuat Ares lupa sesaat kenapa dia kesal.
Bagaimana aku bisa marah sama kamu, Cantik?
"Mas Ares. Itu cerita lama. Jauh sebelum kita nikah kejadiannya. Aku yakin Mas Tobi nggak tahu. Lalu untuk apa aku ungkit? Nggak guna juga."
"Tapi aku harus tahu. Kalau-kalau si Tobias itu naksir kamu," kekeuh Ares. Pokoknya tidak ada yang boleh suka dengan kekasihnya.
Ares memang seposesif itu bila menyangkut Dita. Jadi, harap maklum.
"Astaga! Mas Ares kok bikin gemas sih?" ucapnya di sela-sela gigi.
Dita sampai menyeret Ares pelan-pelan ke kursi meja makan. Berdiri ketika sedang kesal apalagi marah? Bukan ide yang bagus.
"Aku sedang tidak mau bercanda!"
"Aku juga nggak bercanda. Mas, nggak akan ngaruh kalau pun Mas Tobi naksir aku. Aku udah nggak bisa berpaling," ucap Dita lembut dan tulus.
Dalam hitungan detik kalimat terakhir itu langsung menyiram hatinya yang sedang membara. Ares tidak bisa menolak pesona Aphrodita.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...