Cekatan tangan Dita mengambil cangkir, gula, teh celup, hingga kopi instan di kabinet lemari. Menyeduh semuanya, menghidangkan makanan kecil, kemudian dengan hati-hati membawa semua pesanan ke ruangan rapat PT. Tiga Farma.
Nasibnya sedikit berubah. Dita sudah mempunyai pekerjaan sebagai seorang office girl di sebuah perusahaan. Masih merangkak jalannya demi hidup nyaman setiap bulan untuk menopang hidup. Tapi tidak mengapa. Yang penting dia masih bisa makan, bayar kosan, menabung, dan berbagi sedikit rezeki dengan para kucing 'tak beratap rumah' di pinggir jalan.
Dari puluhan lamaran yang dikirim, paling mentok hanya sampai wawancara. Entah apa yang salah dari dirinya. Mungkin perusahaan-perusahaan itu belum melihat kemampuan dirinya yang sesungguhnya. Atau mungkin dirinya yang belum berkompeten bagi mereka? Dita harus berlapang dada. Fresh graduate sepertinya yang minim pengalaman masih harus disuruh mencari pengalaman rupanya.
Mencari pekerjaan sama kayak cari jodoh. Aku belum ketemu jodoh yang tepat aja.. Syemangaaats, teriak Dita dalam kepalanya.
Kali ini, dia tidak memakai ijazah sarjananya. Siapa juga yang mau menerima sarjana hanya untuk posisi OG alias office girl? Dita memasukkan lamaran menggunakan ijazah SMA.
"Permisi," ucap si OG pada peserta rapat. Tapi tidak ada yang mau repot-repot membalas sapaan Dita.
Sepertinya Bos besar belum datang, sebab karyawan dan karyawati yang duduk di depan meja oval mengobrol santai atau menggulir ponselnya.
"Tebak-tebakan," ucap seorang pria. Muda, usianya sekitar 27 tahunan. Perawakannya sangat bersih dan rambutnya keriting di pangkas rapi.
"Apa tuh?"
"Apa lagi kali ini?"
"Pake reward dan punishment nggak, kalau salah?" Berebutan teman-temannya menimpali. Antusias lebih tepatnya.
Mau tak mau Dita ikut penasaran sambil terus mengedarkan minuman sesuai permintaan karyawan yang sudah mulai ribut itu.
"Ada dong," jawab pria yang keriting itu. "Bagi yang benar, gue kasih voucher belanja di The Leisure Treasure Bakery."
Deg.
Mas Ares apa kabarnya, ya?
"Daaaaan... kriteria cewek yang disukai si bos."
"Gue mau voucher-nya aja. Gue nggak peduli sama kriteria si Bos. Emang lo kira eyke cowok apaan?" Sontak ruangan diisi tawa renyah teman-temannya.
"Gue pengen tahu juga kriteria Si Bos walaupun playboy, tapi tajir melintir tujuh turunan. Walaupun fakboi, tapi sumpah ganteng banget," kata salah seorang karyawan perempuan manis malu-malu. Dua karyawan cewek yang lain ikut-ikutan setuju sambil terkekeh geli.
Dita sampai menggigit pipi dalam kuat-kuat supaya tidak tertawa.
Secakep dan se-playboy apa sih, Bosnya? pikir Dita.
"Ok. Pertanyaannya, apa warna dasi Pak Bos hari ini?"
"Biru dongker."
"Merah marun."
"Hitam."
"Coklat milo."
"Hijau army."
"Gold."
"Punishment-nya apa kalau salah?"
"Bagi kita yang salah bakal persentasi rapat nanti siang pake sistem hom pim pa."
"Deal!" ucap mereka hampir serempak.
Dita makin geli. Ternyata, walaupun sudah berdasi dan bekerja di perusahaan sekelas Tiga Farma, kelakuan karyawannya nggak beda jauh sama anak SD. Hihi, komentar Dita dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...