3.75. Promises

12.4K 1.4K 22
                                    

Hai Warga Literatur...
Makasih ya buat temen2 semua yang hingga Bab ini masih ngikutin Aresta dan Aphrodita. Aku terhuraaa... 😭
Makasih udah membaca, memencet tanda bintang, dan berkenan memberi komen.

YOU Guys made my day!

---

Dengan hati-hati, Dita membawa baki berisi madeleine berhias glazing coklat warna pink bertabur gula kristal ke etalase kaca. Kemudian dia menyusun satu persatu kue kecil itu dengan rapi dari balik jendela kaca geser. Namun, tangannya berhenti bergerak ketika dua orang pelanggan dibalik kaca menyebut-nyebut sebuah nama yang sudah dirindukannya beberapa bulan ini.

Keterkejutannya tak berhenti sampai di situ. Jantungnya berdetak macet ketika tahu siapa pelanggan yang tengah bicara. Dita terpaksa bersembunyi di lantai mendengar penuh konsentrasi.

"Safarina?"

"Iya. Dia temen arisanku. Tapi sejak menikah lagi, dia berhenti ikut arisan dan 'menghilang' dari peredaran. Tahu-tahu muncul dan nipu temennya sendiri! Ngeri!"

Safarina? Apa dia orang yang sama? Ibu dari mantan istri Ares-perempuan dekil yang membuat anakku rela melepas Juanita?

"Nipu apa dia, Arisa?"

"Jual beli berlian. Ternyata cuma permata zirconia, Mbak. Temenku rugi besar."

"Berapa kerugiannya?"

"Ratusan juta." Seseorang terkesiap di bawah sana. "Untung anakku nggak jadi dijodohin sama anaknya Safarina. Malu aku kalau sampai kejadian."

Dita mempercepat tangannya meletakkan madeleine dan kabur sesegera mungkin. Dita khawatir makin lama di sini, dia bisa saja melabrak tamu-tamu itu dan mempermalukan Ares dan tokonya. Atau skenario lain, Dita akan meraung, menangisi Mamanya dan hidupnya yang malang.

Arisa mengguncang bahu Widyawati tiba-tiba. "Mbak, aku tadi lihat mantan karyawannya Tobi kerja di toko ini."

"Lalu?" Mata Widyawati menatap lapar sepotong kue strawberry short cake segitiga. "Wi, itu satu," pintanya pada Dewi. "Arisa, kamu mau apa?"

"Aku croissant dan espresso."

"Tolong pesanan yang tadi sama teh chamomile ya, Wi."

"Baik, Bu. Nanti Dewi antar ke meja Bu," kata Dewi sopan.

Saking tidak sabarnya, baru saja duduk Arisa sudah bersuara. "Karyawan tadi goda-goda anakku Mbak, di ruangannya Tobi!"

"Apa?! Kurang ajar. Yang mana orangnya?"

Widyawati menjulurkan kepalanya mencari-cari sosok tertuduh yang sudah menghilang. "Bisa-bisa anakku juga digodain sama itu perempuan."

"Makanya aku kasih tahu Mbak Wid. Dia keburu masuk ke dalam sebelum sempat aku labrak." Arisa menggeram kesal.

"Jangan labrak di sini!" protes Widyawati. "Kalau ada keributan, Anakku dan tokonya bisa kena imbasnya."

"Aaah. Iya juga sih. Maaf aku, Mbak."

"Gini aja. Mimi!" sorak Widyawati.

Mimi segera bangkit menemui 'nyonya besar.'

"Ada yang bisa Mimi bantu, Bu Widya?"

"Tolong suruh Ares menemui saya ya, Mi."

"Baik, Bu. Ditunggu."

Lima menit kemudian baru Ares keluar dari connecting door sambil bersungut-sungut.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang