2.68. Double Date

12K 1.3K 62
                                    

Nah lho! Ini apa?!

Double Date syiapa?

BTW, Ares bersin-bersin tahu, abis dighibahin.

Wkwkwk

---

"Dhi, ada waktu kosong malam nanti?"

"Ada apa Mas? Tumben tanyain waktuku? Biasanya aku yang sulit ketemu Mas Ares." Radhi terkekeh dalam sambungan telepon.

Radhi benar. Ares selalu sibuk. Sibuk di dapur. Sibuk dengan Maple. Yang terakhir sibuk di dapur lagi. Memang begitu siklus hidup Ares.

Mau tidak mau Ares juga tertawa jengah. "Ya, beginilah aku."

"Aku ngerti kok Mas. The one and only pastry chef yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya yang pernah aku temui." Ares meringis malu. Dia menggaruk tengkuknya, menatap sepatu boot putih khusus dapur yang bernoda coklat.

"Well, apa traktiran Dita masih berlaku? Kebetulan Dita bekerja untukku sekarang. Jadi aku ingin mengatakan kabar baik ini padanya."

Padahal Dita sudah tahu lebih dulu. Ares, Ares.

"Tentu, Mas. Bisa. Tapi Mas Ares juga ikut ya. Pas banget temenku pengen ketemu Mas. Dia nge-fans sama croissant Mas Ares. Ceritanya pengen ngucapin terima kasih langsung."

Yesss!

"Baiklah, aku akan datang. Kamu bisa jam berapa?"

"Hmm jam 8 malam ini?"

"Deal."

"Tolong kosongkan perut kalian ya, karena kita akan makan enak nanti malam."

Ares terkekeh. "Tentu, Dhi."

Klik.

Ares diam, bersandar menumpukan beban tubuh di tepi meja kerja. Dia hanya tidak habis pikir dengan tindakan tanpa pikir panjangnya hari ini.

Begitu banyak kebohongan yang dilakukannya demi seorang gadis pembohong yang telah jujur. Apa yang terjadi? Mana Ares yang dahulu memegang prinsip? Tapi bila ada Dita terlibat di dalamnya, Ares berubah menjadi 'sosok lain'.

Sosok yang ingin melindungi seorang perempuan yang terlihat tegar di luar, namun rapuh di dalam. Sosok yang membuatnya ingin menghapus sendu di wajah gadis cengeng itu. Dan Ares, ingin menjadi sosok yang tidak rela gadis itu tersenyum dengan bebas pada sembarang laki-laki.

Pria itu tergelak sendiri dengan pemikirannya. Res, kamu memang nggak masuk akal.

Kalau begitu, seharusnya tidak ada alasan lagi bagi Ares menahan maaf seorang gadis yang sudah jujur padanya.

Entahlah. Ares hanya ingin mendengar Dita memohon maaf padanya. Bukan karena dia belum ikhlas memaafkan. Tapi dengan begitu, Ares bisa melihat sisi lain Dita yang merengek, bertanya apa saja, dan menempelinya sepanjang waktu.

Ares ingin sedikit memanfaatkan kepolosan Dita agar mereka tetap bersama, mengganti waktu yang telah hilang belasan bulan yang lalu.

Saat Dita mengaku telah membohonginya, dia benar-benar marah. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, marah itu seakan menguap dan Ares sudah lupa untuk apa dia marah dan 'mengerjai' asistennya.

Ares tertawa seperti orang bodoh dan meninggalkan ruangannya karena berasalan, "Pekerjaanku menunggu di bawah."

Pekerjaan atau... Dita, Res?

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang