1.33. Teary Breakfast

13.4K 1.6K 24
                                    

Kalau kamu suka Ares dan Dita, jangan lupa vote, komen, dan share The Ingredients of Happiness yaaa. Spread the love to your loved ones.

Pssst. Kalau mau follow aku dipersilakan bangeeeet.
Hehe

---

Kalau tidak disuruh pulang, Ares tidak akan duduk manis di meja makan bersama dengan orang tua dan adiknya. Ares akan memilih kencan dengan roti buatannya, atau butter cream yang lembut nan warna warni untuk hiasan cup cake-nya.

Ajaib bila semua anggota keluarga Sasongko berkumpul bersama saat makan malam. Tapi satu hal yang membuat Ares bertahan dan ikhlas seutuhnya meninggalkan toko rotinya lebih awal: senyum bahagia Mita ketika semua orang yang dicintainya duduk dalam satu meja. Walaupun sudah 22 tahun, tapi Mita akan selalu menjadi adik kecil cengengnya Ares.

Aphrodita dan Shelomita. Dua entitas yang kini keberadaannya tak dapat terpisahkan dalam hidup Ares. Mita mengingatkannya pada gadis cengeng yang selalu membuatnya tercengang-cengang. Dan Dita... Ahh. Melihatnya menangis selalu membuatnya teringat akan Mita kecil. Ares rindu bercengkerama dengan Mita seperti dulu ketika mereka masih sering menghabiskan waktu bersama.

Dan Dita, berhasil membuat dirinya melihat gadis itu seperti barang keramik super langka sekaligus super rapuh. Terkesan kokoh dan kuat, tapi bila terhempas dia akan pecah berderai. Ares ingin melindunginya di sisa waktu mereka menjadi suami istri gadungan.

"Ada rencana untuk balikan dengan Nina, Res? Papa ketemu Nina di KKTV kemarin." Otomatis semua mata tertuju pada anak sulung Sasongko. Ada pengharapan dalam pasang mata kedua orang tuanya. Ares tahu itu. Tak sanggup rasanya dia mematahkan harapan keduanya.

"Mas Ares cari calon yang lain aja deh, Pa." Mita mendahului Ares menjawab. Tatapan tajam dilayangkan oleh si Kakak, namun Mita tidak ciut nyalinya.

"Apa yang salah dengan Nina? Papa suka padanya."

"Kalau aku sih, nggak setuju Kak Nina jadi kakak iparku," Kata kak membuat Mita eneg. Mita balas kerlingan tajam sang Kakak. Sejak perdebatan hari itu mengenai si mantan, Ares tidak mendengar satu patah kata pun Mita menarik ucapannya. Mita sampai mati tidak rela kakaknya menikah dengan Karenina.

Steak tenderloin di depannya tak lagi menggugah selera. Padahal dimasak oleh chef langganan orang tua mereka. Mamanya yang menyiapkan menu karena tahu Ares akan pulang, sebagai... sogokan? Mungkin saja begitu, pikir Ares.

"Mama setuju. Kapan-kapan kita undang Nina ke rumah. Kita makan malam bersama seperti dulu lagi. Ayo lah, Res. Nina itu perfect jadi pasangan kamu. Apa lagi keluarganya yang sudah terkenal di ranah publik. Kamu tahu, menikah dengan Nina akan membuat popularitas Papa jadi naik."

"It's complicated, Ma, Pa. Sulit untuk kembali dengan Nina lagi."

Bertengkar sekali dengan Nina di lobi apartemennya tidaklah cukup bagi Ares. Beberapa hari setelahnya Ares menemui Nina lagi di KKTV. Matanya menyaksikan Nina pulang bersama Rano, produsernya. Tertawa bersama, gesture yang intim, dan satu hal yang membuat Ares memanas bagai oven: tangan mereka saling menggenggam. Dan hari itu ia membereskan urusan hatinya sekali untuk selamanya.

"Serumit apa sih, sampai sulit balikan lagi? Kalian kan sudah tiga tahun bersama. Sudah pasti saling mengerti."

Dengkusan kecil anak sulung mereka mengernyitkan kening kedua orang tuanya. Saling mengerti? Dita aja yang baru kenal aku 4 bulan sudah mengerti betapa aku mencintai pekerjaanku, Ma. Apa yang Mama harapkan dari seorang Nina?

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang