1.34. I Want to Try It

14.4K 1.5K 34
                                    

"BOBY!"

Tergopoh-gopoh Boby masuk ke dapur. Hanya satu orang yang akan meneriaki Boby seperti itu. Dia Ares, bos besar The Leisure Treasure Bakery. Tapi Boby tidak pernah tersinggung, apalagi marah. Karena dia tahu, bosnya tidak pernah bermaksud jengkel. Berteriak hanya cara Ares meminta tolong untuk mengambilkan ponselnya. Ares memang begitu. Harap maklum.

Kedua tangan Ares sedang bersarung tangan karet, berlumuran minyak dari mentega dan coklat karena mencelup croissant ke dalam mangkok stainless steel besar berisi coklat cair. Itu sebabnya dia berteriak memanggil Boby.

"Mas, ada telepon dari..." Mengernyit kening Boby dibuatnya. Bagaimana tidak? Penelpon yang tertera bernama 'Gadis Kecil Penipu'.

"Siapa yang nelepon, Bob?"

"Ini, Mas." Cari aman, Boby sodorkan saja ponsel itu. Biar bosnya sendiri yang membaca.

Bos dan kayawannya lirik-lirikan canggung penuh arti. Tapi melihat wajah Boby datar-datar saja, Ares menyuruhnya menggeser tombol hijau tanpa banyak komentar. Boby dengan tenang menempelkan ponsel itu ke telinga Ares.

"Ya?"

"Mas, kok nggak baca WA saya?" todong Dita tanpa ba bi bu.

"Saya sibuk di dapur. Ada apa?" tanya Ares to the point.

"Ooh. Oke-oke. Maaf ganggu." Dita jadi merasa bersalah. "Nanti saya telepon balik. Saya tutup-"

"Maple sakit?" Ares jadi ingat telepon Dita tempo hari. Dia tidak mau ketinggalan informasi apapun soal Maple.

"Bukan. Saya lagi di pasar tradisional mau belanja. Mas mau makan apa nanti malam?" Diam-diam Ares menghela napas lega. Bukan Maple ternyata.

Kalau di tawarkan begini, Ares justru berpikir serius mau makan apa nanti malam. Jarang-jarang ada yang menawarinya masakan rumahan. Selama ini kalau bukan western food yang dia masak sendiri, ya makan di restoran atau delivery. Ditambah, sejak lidahnya menyentuh masakan Dita beberapa hari ini, sepertinya muncul rasa candu untuk mengecap lagi bumbu racikan Dita yang lain. "Hmm, kamu bisa masakin nasi liwet?"

"Sebentar, saya ambil kertas sama pena. Oke. Bisa. Lauknya Mas Ares mau apa?"

"Ikan goreng gurame."

"Oke. Sambalnya?"

"Hm... sambal matah."

"Oke. Sayurnya suka apa?"

"Cah kangkung."

"Oke. Mau tahu tempe?"

"Boleh."

"Buat besok pagi mau sarapan apa, Mas? Biar saya sekalian belanja."

"Nasi goreng," ucap Ares cepat. Simple saja lah. Dita bakal repot masak untuk malam ini, pikir Ares.

"Oke. Kalau gitu saya tutup Mas. Mau belanja dulu."

"Tunggu-tunggu!" Ares merasa ada yang kurang. "Sama siapa belanjanya?"

"Sendiri, lah. Sama siapa lagi?"

"Saya kirim asisten saya untuk temenin kamu."

Dita malah terkekeh. "Nggak perlu. Dikit ini. Udah ah, Mas. Entar pasarnya tutup."

"Maka-"

Klik.

"-sih." Keburu ditutup, Ares. Dita mungkin tidak mendengarnya.

"Udah, Bob. Thanks."

"Sama-sama, Mas. Jadi nih, saya pergi temenin... itu yang di telepon barusan?"

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang