Ares sudah memakai coat chef-nya yang berbahan tebal dan berwarna putih. Celemek coklat menggantung pas di pinggangnya, tandanya bos The Leisure Treasure Bakery siap memulai harinya di dapur walaupun belum ada satu orang pun anak buahnya yang datang. Dia sengaja datang lebih awal karena pikirannya buntu bila hanya di apartemennya. Apalagi semua gara-gara gadis cengeng penipu!
Dan apa yang dia temui di teras tokonya tadi? Penyebab pikirannya buntu sedang duduk di ubin terasnya, kedinginan memeluk dirinya sendiri.
Dia benar-benar punya nyali untuk menemuiku, huh? Sekali kamu memutuskan masuk ke dalam hidupku, aku pastikan kamu tidak akan lepas dari genggamanku! Tapi untuk sekarang, pekerjaan di dapur lebih penting. Tunggu saja Aphrodita. Tunggu saja.
Ares sudah berjalan beberapa langkah. Namun ketika sampai di pintu persediaan bahan, dia mengerem kakinya dan berbalik, menyipit menatap Dita bersandar di dinding, mengayunkan sepatunya di lantai. Seakan-akan apa yang dilakukan gadis itu salah dimatanya.
Dengan lugu gadis itu bertanya, "Kenapa, Mas?"
"Tunggu apa lagi? Ikuti saya!" bentak Ares. Bagai terpecut cambuk kuda, Dita bergegas mengikuti bosnya masuk ke ruangan persediaan bahan.
Baiklah. Nggak apa-apa. Mending aku dibentak daripada di usir karena di pecat. Setidaknya sampai detik ini, belum ada kata-kata 'pecat' dari mulut Tukang Roti Galak.
"Bawa tepung terigu protein tinggi ukuran dua puluh lima kilo, gula dua kilo."
"Siap, Mas."
Mas Ares sudah memaafkan aku?
Sebuah troli kecil digunakan untuk membawa bahan dari ruang penyimpanan bahan ke ruang khusus laminating. Susah payah Dita mengangkat tepung ke dalam troli. Tapi dia tidak akan memperlihatkan sisi lemahnya hanya karena mengangkat sebuah karung tepung seberat dua puluh lima kilo.
"Lalu ambil lemak pastri tiga bungkus, susu dua liter di lemari pendingin. Butter dua kardus."
"Baik, Mas."
Kenapa Mas Ares nggak mengungkit kejadian semalam?
Susah payahnya Dita tak berhenti sampai di situ. Ares menyuruh asistennya mulai menghidupkan semua lampu ruangan, menghidupkan AC di ruang laminating, memastikan alat laminating adonan berjalan dengan baik, mempersiapkan semua alat untuk mengolah bahan seperti mangkuk-mangkuk stainless steel berbagai ukuran, spatula, whisk, rolling pin, hingga mempersiapkan mikser heavy duty yang Dita sendiri tidak tahu cara memakainya.
Bagus. Hingga detik ini aku masih belum mendengar Mas Ares teriak, 'AKU PECAT KAMU', ulang Dita.
Tapi Ares membuat Dita bekerja dalam kebingungan. Itu karena Ares tidak pernah membuat Dita melakukan tugas 'dapur' sebelumnya.
Pokoknya ikuti apa kata BOS! Tapi, mesin laminating? Apaan tuh?
"Sudah cuci tangan, kan?"
"Sudah, Mas."
Apa kami nggak bisa membahas masalah kemarin malam? Aku nggak dimarahin, nih? ulang Dita sekali lagi dalam kepalanya.
"Pakai sarung tangan hitam." Dita mematuhi perintah bosnya.
Dita menyaksikan Ares menimbang tepung, gula, ragi, garam, butter, susu, dan telur. Semua bahan itu dimasukkan ke dalam mangkuk besar milik mikser heavy duty super besar. Ares tidak pernah diam setelah mesin itu dihidupkan hingga bahan-bahan tadi tercampur homogen dan liat. Si pastry chef melakukan hal yang sama lagi, menimbang bahan-bahan yang sama untuk diproses ke mikser kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...