"Haaah."
Sampai detik ini, pikirannya tidak menemukan titik terang kenapa Safarina sampai berbuat nekat. Apa ada yang salah dengan keluarganya sepeninggal Papanya? Apa Safarina merasa kurang diperhatikan? Apa dia gagal menjalankan peran sebagai anak?
"Haaah."
Apa kebutuhan Safarina sangat-sangat tidak terpenuhi sehingga beliau bertindak nekat? Apa dia salah, telah menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah mencari uang sehingga Safarina terabaikan?
Ma, apa yang Mama pikirkan sampai berbuat terlalu jauh? Ini... ini tindakan kriminal, Ma, keluh Dita.
"Haaah."
Seharusnya semua pemikiran itu muncul dari ibu untuk anaknya, bukan sebaliknya. Lalu ide konyol ini tiba-tiba muncul, bahwa ada jiwa anak kecil terjebak dalam tubuh dewasanya, membuat Safarina bertindak tanpa pikir panjang, tanpa memikirkan konsekuensi yang akan menyertainya nanti.
"Haaaah."
Apakah itu mungkin?
Tapi, dari sosok seperti itulah Dita lahir ke dunia ini. Apa yang harus dilakukannya selain menjadi anak yang terus berbakti dan menyayanginya dengan sepenuh hati?
Dari Ares dia tahu mamanya sudah ditangkap pihak berwajib. Sekarang, hal penting yang harus dilakukannya adalah mencari keberadaan Mamanya di salah kantor polisi yang tersebar di seluruh kota administrasi se-Jakarta!
"Haaah."
Bagaimana cara mencari Mama? Semoga Mama nggak di Kepulauan Seribu. Tapi, Mama di Jakarta bagian mananyaaaa?
"Dit."
"Ya Kak Mimi?"
"Udah lima kali lho, kamu menghela napas. Makan siang kamu cuma diubek-ubek."
"Oh ya? Hehe."
Dita menyeringai (pura-pura) riang dan melanjutkan menyuap nasi yang tak lebih dari seujung sendok. Makan siang macam apa itu?
"Yah, ketawa lo kering, Dit. Lo ada masalah?" tanya Sandy.
Sandy tidak asal tanya. Itu karena Dita terus-terusan membawa barang yang salah ketika di dapur. Diminta bawa fine sugar, malah bawa brown sugar. Diminta bawa coklat putih, malah bawa fondant putih.
"Nggak ada kok, Bang," jawab Dita sekenanya.
"Dita! Jangan mentang-mentang Mas Ares ngebiarin lo dan nggak marahin lo ya, lo ngelunjak. Kerjaan gue terhambat gara-gara lo nggak konsentrasi. Malah pesanan banyak hari ini. Kalo lo nggak becus kerja dan ngandelin Mas Ares yang bakal ngebela elo, mending nggak usah kerja sekalian. Dari pada menghambat kerjaan orang lain."
"Maaf Mbak Ana. Aku akan lebih konsentrasi," jawabnya dingin, tapi genggaman sendoknya makin erat.
"Maaf nggak akan memperbaiki kesalahan lo. Gue minta buktinya nanti!"
Sayang, Ana tidak tahu bahwa sebentar lagi emosi si helper akan meledak.
"MBAK AN-,"
"Ana! Kalo lo nggak seneng sama Dita, omongin langsung ke orangnya dari pada lo cuma main sindir nggak jelas." potong Sandy cepat. " At least, lo tanya Dita. Apa hari ini dia sedang ada masalah atau enggak. Kata nenek gue, namanya empati. Atau lo ngejalanin prinsip hidup apatis? Kalau iya, lo nggak cocok hidup berdampingan dengan manusia," sindir Sandy.
Sandy tidak tahan. Kalau didiamkan terus, bisa-bisa budaya kerja The Leisure Treasure Bakery rusak hanya gara-gara masalah sepele.
"Mbak Ana memang benar, Bang. Hari ini aku memang nggak konsen aja, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...