Menghitung hari menuju the end 😚
Semoga masih semangat ya mengikuti Mas Ares dan Mbak Aphrodita ❤
🍞
---
Dita menonton anak-anak kucingnya makan segunung makanan kering pemberiannya sambil berjongkok memeluk lutut. Tidak benar-benar menonton juga, sih. Sebab, matanya nanar seperti orang ling-lung. Padahal masih pagi. Matahari bahkan sedang bersemangat memberikan Vitamin D gratis.
Dita hanya sedang memikirkan kapan Bosnya akan menerima maafnya dan kapan Bosnya akan menikah dengan wanita anggun itu.
"Haaaaah. Nyesek banget rasanya." Gadis itu meremas kemeja di bagian dadanya.
Apa pentingnya sih, memikirkan mantan suami yang akan menikah dengan orang lain yang jauuuh lebih cantik darimu? Tidak ada. Kecuali... kamu belum move on.
Bagaimana Dita mau move on kalau sikap Ares makin lama makin manis dan menggemaskan?
Dasar mantan lakik aneh!
Disebut aneh bukannya tanpa alasan. Bosnya yang galak dan pelit maaf itu nyatanya nggak galak-galak amat belakangan ini. Hanya moody. Tapi moody-nya itu lho.
Bikin kesel!
Ares tersenyum, tertawa, dan memberikan ilmu per-baking-an secara cuma-cuma padanya. Bukankah itu tanda mood Ares sedang bagus?
Terus Tuhan, kenapa aku nggak dimaafin juga? Dita menghela napas lelah, kemudian menyenderkan kepalanya ke lutut.
Keanehan itu diperkuat ketika Ares berusaha membuat suasana mobil semalam tidak sesunyi kuburan karena Dita diam seribu bahasa. Kan ceritanya Dita sedang patah hati.
Perasaannya makin diaduk-aduk saat Ares seakan sedang membuka dirinya pada Dita. Seakan sedang memberi tahu siapa dirinya pada dunia Dita. Itu hal baik. Tapi... dia pria yang akan menikah. Oke?
Kebaperannya dimulai ketika Ares bercerita mengenai si pemilik Amaranggana.
Begini ceritanya.
"Kamu tahu, sebenarnya saya nggak terlalu dekat dengan Radhi. Padahal kami sering tampil di TV dalam program masak-masak."
"Masa sih? Kalian tadi kayak abang dan adik." Ares terkekeh.
"Mungkin gara-gara kucing."
"Kok bisa?"
"Kami sering bertemu di klinik hewan langganan Maple. Saya dengan Maple, Radhi dengan kucing putihnya, Siti. Dari situ kami mulai dekat. Kalau Maple jantan, mungkin kami akan berbesan." Baik Ares maupun Dita tertawa lepas malam tadi.
Lalu beringsut ke si gemuk Maple. Topik 'Maple' selalu membuat Dita tidak bisa menahan diri.
"Kamu sudah tahu kan, Maple tambah gemuk?"
"Ya Allah. Iya Mas. Gendutan lagi dia. Mas nggak ada lari-larian sama Maple? Olah raga apa kek, gitu? Maple harus diet, Mas. Perhatiin makannya. Lama-lama bisa obesitas tu kucing." Ares tersenyum masam tidak membantah.
"Kamu tahu, saya pergi jam 6, pulang jam 10 setiap hari. Mana sempat quality time dengan Maple? Saya kasih makan karena saya sayang Maple, Dita."
"Iya. Saya tahu Mas Ares sayang Maple. Tapi nggak gitu juga kali, sampai kasih makan semaunya Mas. Maple perlu porsi dan jadwal makan teratur."
"Menurut kamu begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomansaSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...