1.27. Midnight Chitty Chatty

13.2K 1.4K 21
                                    

"Pak Ares, kok lasagna-nya bisa seenak ini, sih?" ungkap Dita jujur. Setiap suapan terasa seperti surga makanan Italia.

Sempat kembang kempis lubang hidung Ares. Pujian gadis kecil ini membuatnya berterima kasih pada teman Italianya—Angelo—sewaktu sekolah di Art of Culinary School dulu yang sudah membagi resep turun-temurun keluarganya.

"Udah makan aja." Telinganya mulai memanas.

"Tapi beneran deh, enak Pak. Saya juga pernah buat lasagna sendiri. Saya malah belajar langsung sama chef-nya dulu. Tapi nggak seenak buatan Pak Ares."

"Sama chef? Siapa namanya? Mana tahu saya kenal."

"Itu lho Pak, Mas Radhi. Yang punya Restoran Amaranggana. Saya juga baru tahu kalau dia juga tinggal di gedung yang sama dengan Pak Ares waktu bawa Maple jalan-jalan di taman. Pak Ares kenal sama Mas Radhi?" Dita membersihkan piringnya sangat bersih hingga saus terakhir. Tidak tahu saja gadis itu kalau saat ini dia sedang diperhatikan dengan amat saksama oleh yang punya apartemen. Tapi masalahnya, kening pria 32 tahun ini mengernyit aneh.

Ooh, Radhitya. Tunggu!

"Mas Radhi?"

"Iya. Saya pernah belajar privat masak sama Mas Radhi waktu kelas 3 SMA. Kursus tiga minggu full. Mama yang suruh. Pak, mau roti ini lagi." Sigap, Ares mengkerat sepotong besar Focaccia dan memindahkannya ke piring Dita.

"Ini daun apa, Pak?" tunjuk Dita ke setangkai tumbuhan berdaun kecil-kecil. Tapi rasanya sangat aromatik khas bumbu Italia.

"Itu daun rosemary."

"Serpihan hijau-hijau ini?"

"Daun oregano." Tidak lepas tatapan Ares pada gadis di depannya untuk setiap gigitannya, kunyahannya, hingga pertanyaannya.

"Kalau yang bulet-bulet ini tomat ceri, kan?"

"Hm."

Focaccia itu roti asin atau gurihnya Italia yang datar dengan banyak rempah di dalamnya. Salah satu bahan untuk membuat roti ini adalah minyak zaitun yang sudah diinfus dengan bawang putih dengan kombinasi dari salah satu herbs seperti rosemary, oregano, daun basil, hingga thyme. Untuk toping bisa buah zaitun, tomat, keju parmesan, hingga kacang. Intinya sih, sesuai selera.

Ares memberikan nilai plus bagi orang-orang yang menghargai makanan buatannya seperti yang Dita lakukan sekarang: menghabiskan lasagna buatannya hingga tetes saus terakhir. Membuat piringnya licin adalah bonus yang menggelembungkan hatinya. Ketika makanan yang dibuat dimakan dengan lahap oleh orang lain adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi Ares. Seulas senyum mampir sebentar pada garis bibirnya.

Nina tidak pernah menghabiskan makanan yang aku masak untuknya, sekali pun dia memuji-memuji makananku. Tapi gadis ini... Aah, benar. Dia kan mahasiswi, sedang belajar. Kabarnya anak yang masih sekolah makannya memang banyak, kan? Mereka butuh kalori lebih banyak karena berpikir, kan? Ya. begitu lebih masuk akal. Mita juga begitu. Kurus begitu tapi makannya lebih banyak dari aku. Tapi lihatlah bagaimana cara gadis ini menggoyangkan kepalanya karena roti buatanku.

Lagi-lagi seulas senyum menghias bibirnya. Ares tidak menyesal telah berkutat di dapur sejak berjam-jam yang lalu sambil bolak-balik melihat keadaan Maple..

Kepala Dita bergoyang ke kiri dan ke kanan saking senangnya. Satu gigitan besar foccacia lolos ke mulutnya walaupun tadi kekenyangan setelah makan lasagna. Tapi gadis itu tidak peduli. Makanan enak memang pembunuh bad mood-nya. Dita lupa mengapa dia jaim keluar kamar. Dita lupa mengapa dia kesal pada suaminya tadi di klinik hewan.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang