1.25. Just A Friend Part 1

13.4K 1.4K 4
                                    

"Lo kenapa ketawa sendiri? Lo aman, kan?" Aku ketawa? Nggak masuk akal.

"Cuma keinget Maple. Dia udah mulai lincah sekarang. Lari-larian di apartemen."

Indra ber-ooh ria. Tahu benar kalau sahabatnya yang satu ini pecinta kucing. Setahu Indra, Maple kucing kalem yang sangat gemuk, sukanya tidur, dan tidak terlalu suka orang lain mendekati dirinya. Jadi kalau sampai Maple berlari-lari, itu memang berita besar.

Kalau kata orang, Ares ini cat person. Saking cintanya sama Maple, Ares pernah melewatkan pertemuan rutin dengan 3 sahabatnya gara-gara Maple sakit.

Tapi, kejadian yang benar mengapa Ares tertawa adalah, ketika pulang dari The Leisure Treasure Bakrey tadi malam, Ares menemukan suara tawa riang Dita yang sedang di kejar Maple di huniannya!

Maple lari mengejar Dita? Kenapa aku baru tahu Maple suka kejar-kejaran? pikir Ares saat itu.

Namun setelah kepergok dan ngos-ngosan karena kecapekkan, Dita panik dan langsung lari masuk ke kamarnya. Bukannya kesal, Ares malah mendengkus geli.

Ada satu hal yang sempat terlintas dalam benak Ares. Selama Nina menjadi kekasihnya, tidak pernah sekalipun menunjukkan tanda-tanda dia menyayangi Maple. Sangat bertolak belakang dengan gadis asing yang sudah menjadi istrinya itu.

Dan semakin banyak mainan kucing baru di sekitar kandang Maple. Bukan Ares yang membelinya. Tapi Ditalah pelakunya. Ares tambah yakin, Dita tidak hanya senang berteman dengan kucingnya, tapi dia juga menyayangi kucing gemuknya.

"Res, kok gue nggak pernah lagi lihat lo jalan sama Nina?"

Memastikan tidak ada yang akan menguping di area kafe, Ares lalu menghela napas, bersandar letih. Belum juga bercerita separuh jiwanya sudah melayang.

"Kami putus," ucap Ares lemah.

"What the... Man! Bukannya kalian mau nikah? It should be this month, right?"

"Yes. Tapi terjadi sesuatu dan Nina putusin gue." Ares tersenyum masam.

"Mind to share?" tanya sahabatnya. Ragu sebenarnya untuk bertanya, namun Indra ingin bersimpati walaupun tahu Ares tidak seterbuka itu membeberkan kehidupan pribadinya. Instagramnya saja hanya berisi menu di toko rotinya. Liburan, keluarga, kegiatannya sehari-hari? Tidak ada yang tahu.

Hancurnya hidupku gara-gara pesta bujangan kamu, Ndra. Mau aku ceritakan gimana asal muasal putusnya aku dengan Nina? Pikiran barusan hanya tertahan di kepalanya. Ares tidak tega membuat Indra merasa bersalah. Friend comes first, begitu prinsip hidup Aresta.

"Long story short, gue nggak bisa kalau harus mempertahankan hubungan sendirian. Lebih baik kami berakhir sekarang dari pada menyesal di kemudian hari." Call him a liar, tapi menurut Ares lebih baik begitu.

"I'm sorry. Seharusnya lo kasih tahu gue dari awal. Lo tahu, gue, Mike, even Tobi si gesrek, kami selalu ada buat lo seperti lo yang selalu ada buat kita." Yep. Ares memang seloyal itu.

"Thanks, Man. I appreciate that."

"Sepupu gue available, sih. Kalau lo... you know, mau move on." Ares memutar bola matanya dramatis kemudian ia tertawa lepas. Menyenangkan sekali tertawa tanpa beban seperti ini. Kapan terakhir aku tertawa lepas seperti hari ini, ya?

"You gotta be kidding me, Ndra. Sebentar ada telepon kayaknya."

Dita? Ini adalah telepon pertamanya setelah dua bulan kami bersama. Jantung Ares mulai berdegup kencang untuk alasan yang tidak ia ketahui.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang