3.82. When The Plot Is Twisting Oddly

12.7K 1.4K 10
                                    

Menghitung Hariiiii, detik demi detik... 💖

---


"Sudah Mas bilang, kamu nggak perlu pulang," katanya pada earbuds.

"Kaki kakakku patah. Bagaimana aku nggak pulang, Mas?"

"Mau minum?" bisik Dita.

Ares mengangguk sambil tersenyum memberi isyarat. Pria itu langsung menyambut pipet dari gelas yang Dita pegang.

Senangnya Ares di servis oleh kekasihnya. Sebenarnya dia tidak rela Dita bekerja. Maunya Ares, Dita menemani dirinya sepanjang waktu, 24/7. Ares bosan di rumah sakit karena tidak bisa melakukan apa-apa. Ares rindu safety bunker-nya.

"Kuliah aja yang bener. Nggak ada hal bagus buat kamu kalau ke Indonesia. Wartawan..., they're not friendly at all. Mas takut kamu kesusahan karena mereka."

Mita mendengkus kesal. "Kalau aku nggak lihat apa yang lagi trending di Twitter dan Tik Tok, aku nggak akan tahu kabar Papa yang udah ditahan dan Mas Ares yang kecelakaan bersama Dita."

"Mama dan Papa nggak mau kamu cemas."

"Like they care!"

"They are, Mita. Dan soal, Dita. Mas menyesal Dita ikut kecelakaan bareng Mas."

Dita langsung menggeleng protes. "Bukan salah Mas," bisik Dita. Ares hanya bisa tersenyum lemah.

"Papa... walaupun aku benci Papa, tapi aku nggak tega Papa di penjara," ungkap Mita lemah.

"Tim pengacara Papa sedang berusaha membuat Papa menjalani hukuman minimal."

"Apa aku egois Mas, kalau aku minta Papa nggak di penjara?

"Papa kita salah dan harus menerima hukuman sesuai kesalahannya. Itu konsekuensi perbuatan Papa, Mita."

"I know. Mungkin aku hanya mencari celah untuk merasa lebih baik. Maaf."

"Nggak perlu minta maaf. Kamu tenang aja. We are doing fine here. Terakhir Mas tanya Pak Saut, Papa sehat. Papa minta kamu jangan pulang dan fokus belajar. Papa juga pesan, jaga makan. Kalau ada apa-apa di sana, langsung telepon Mas atau Mama." Ares mendengar isakan pelan Mita.

Seandainya Mas bisa peluk kamu, tenangin kamu, Mita...

"Trus yang ngurusin Mas di rumah sakit, siapa? Recovery-nya Mas gimana?"

"Mas udah ada yang ngurusin." Tapi matanya mengerling pada Sang Kekasih yang sibuk membenarkan selimut Ares.

"Siapa?"

"Dita."

Senyum mengembang tak dapat Ares sembunyikan. Ares menarik pergelangan tangan Dita untuk ikut bergabung di sebelahnya.

"Mas!" protes Dita. Tanpa aba-aba pantat Dita terhempas ke ranjang brankar. "Mas apa-apaan? Kalo kakinya kenapa-kenapa gimana?"

Ares tidak peduli gadisnya ngomel-ngomel. Pinggang Dita ditarik hingga mereka tak lagi berjarak.

"Much better," desah Ares. Si manja merebahkan kepala pada bahu Dita.

Astaga. Bayi besar sedang kambuh manjanya. Dita geleng-geleng kepala.

"Dita... baik sama Mas?"

"Yep."

"Apa dia tulus sama Mas?"

"Absolutely," jawab Ares bangga.

Yayuk telah menceritakan pada Ares bagaimana kondisi Dita ketika menunggu dirinya siuman pascaoperasi. Bagaimana dia pantas mempertanyakan ketulusan Dita?

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang