"Mas Ares, saya udah dimaafin?" tanya Dita di suatu pagi.
Dita membuntuti bosnya ke rak tempat bayi-bayi starter alias ragi alami sourdough-nya disimpan. 'Menempeli' Ares sudah menjadi kebiasaan setiap pagi demi mendengar maaf Ares. Dan jawaban yang Dita terima kali ini adalah...
"Belum." Bahu gadis itu turun drastis. Padahal masih pagi.
"Kenapa?" rengeknya. Ares tersenyum tipis.
"Saya belum mood. Ambil timbangan digital, air mineral, dan tepung protein tinggi di toples," perintah Ares.
Beberapa menit kemudian Dita kembali membawa apa yang diperintah Ares.
"Mas lagi ngapain?" Si asisten memperhatikan Ares menimbang air dan menimbang tepung.
"Kasih makan ragi alami."
"Kasih makan? Maksudnya gimana?"
Ini yang Ares tunggu. Reaksi 'menarik' Dita atas apa yang dilakukannya lengkap dengan pertanyaan-pertanyaan yang sarat akan rasa ingin tahu.
"Ini namanya starter, ragi khusus untuk membuat roti sourdough." Ares mengangkat toples berisi adonan basah dan bergelembung karena sedang mengalami fermentasi. "Di dalam Starter ada makhluk hidup. Biar nggak mati ya harus teratur di kasih makan. Ini makanannya." Ares menunjuk air dan tepung tadi.
Spontan wajah Dita meringis aneh. "Makhluk hidup?"
Ares malah tertawa. Apa yang dipikirkan gadis ini dengan kata makhluk hidup?
"Ada bakteri baik yang berkembang dalam starter, Dita. Bakteri-bakteri itu yang kita pelihara agar menjadi ragi alami. Roti yang dibuat dengan ragi alami jauh lebih sehat."
"Aaah. Jadi ada ragi yang nggak alami?"
"Ada." Ares mengambil sebuah bungkusan dari kabinet lemari. "Ini ragi yang di jual di pasaran. Hasil buatan pabrik. Bentuknya seperti butiran kaldu." Dita mengangguk mafhum.
"Emang rasanya beda sama roti biasa?"
"Beda. Nanti kamu rasakan sendiri. Sekarang mari kita buat roti sourdough."
***
Kenapa aku harus melihat pemandangan aneh tadi? Kamu sih, An, pake lewat di ruangan penyimpanan ragi, dumel Ana.
Pikiran Ana dipenuhi tawa Ares ketika bosnya menerangkan starter ke asistennya. Kenapa Ares tidak pernah tertawa seperti itu ketika bersamanya atau Sandy di dapur? Padahal mereka sudah bekerja bersama sejak dibukanya toko ini.
Setahu Ana, Ares adalah manusia paling tidak suka bicara tidak penting ketika bekerja. Justru bila diajak bercanda atau ngobrol ngalor ngidul, Ares akan kesal dan menyuruh anak buahnya diam. Tapi Dita membuat semua sifat Ares yang keras meleleh satu persatu. Bukan berarti hal itu jelek. Tapi..., Dita? Bagaimana cara gadis yang bukan siapa-siapa itu membuat bosnya berubah? Padahal selama ini dia sudah berusaha mengakrabkan diri pada Ares sejak berita infotainment mengumumkan bosnya tidak lagi bersama Nina.
Ana merasakan getaran aneh di dadanya ketika melihat bosnya tertawa. Sekarang Ana tidak bisa lagi memandang Ares sekedar bos, tapi juga seorang lelaki yang patut dikagumi dan... disukai. Ana ingin mencoba masuk ke dalam circle Ares.
Dua orang yang ada dalam pikiran Ana muncul di ambang pintu. Ana jelas tidak menyukai bagaimana cara mereka berjalan berdampingan, sangat dekat, dan terlihat sangat intim.
"Mas, keburu lapar kalau mau makan roti sourdough. Lama banget prosesnya. Dua belas jam fermentasi???" Ares terkekeh lagi. "Mending beli nasi warteg, atau beli roti di kang roti di gerobak sepeda itu," gerutu Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...