Saat membuka pintu ruangannya, Ares disambut oleh seorang gadis meringkuk di sofanya. Dia tertidur nyenyak dan terlihat damai, membuat Ares tidak jadi marah. Apalagi kucing gendutnya ikut-ikutan bergelung berbagi kehangatan dengan gadis itu-sosok yang Maple rindukan kehadirannya di apartemen.
Untuk kesekian kalinya dia harus menelan kecewa karena tidak bisa bicara dengan benar dengan asistennya ini.
"She is really something," gumam Ares sangat pelan. Lalu pria itu memutuskan keluar, menutup pintu ruangannya sendiri dengan sangat pelan. Ada yang tidur di ruangannya. Tentu saja Maple yang tidur. Dia tidak ingin mengganggu tidur kucingnya. Kucingnya yang terpenting. Semua tentang Maple membuat Ares menomorsatukan Maple di atas apa pun.
Yakin, Res?
Kemudian pria itu kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya.
"Dita mana ya, Mas? Aku butuh wadah alumunium untuk pai," pinta Sandy.
"Akan saya ambil." Lagi pula Ares memang baru saja dari ruang proofing meletakkan beberapa loyang roti babka. "Kamu Ana, ada yang diperlukan untuk kue replika itu?"
Ana sedang membuat kue replika berbentuk kuda poni bertanduk, seperti karakter pada kartun My Little Pony.
"Aku perlu coklat putih, sprinkle karakter, sama fondant pink, Mas."
"Oke, saya ambil."
Sepeninggal Ares, dua karyawannya saling tatap penuh makna.
"Tumben nggak teriak-teriak panggil asistennya. Dita ke mana, San?"
"Gue juga nggak tahu."
Dalam 5 menit, Ares kembali dengan pesanan anak buahnya dan beberapa lembar adonan croissant yang masih keras dari lemari pendingin.
Sandy dan Ana kembali saling beradu pandang. Pasalnya, tanpa mengeluh, Ares melepaskan sarung tangan lateks demi meraih ponselnya di rak khusus gadget. Bagaimana mereka tidak heran? Tidak ada dalam sejarahnya Ares tetap kalem ketika 'diganggu' bunyi ponselnya sendiri saat sedang 'asyik' bekerja di dapur.
"Hai Juan. Maaf, sebenarnya aku sedang sibuk di dapur." Ternyata Juanita yang menelepon.
"I'll make it quick. Apa Tante Widya mengatakan sesuatu tentang kita?" ucap Juan buru-buru.
"Maksudmu?"
"Yaa, sesuatu tentang hubungan kita. Apa beliau menyampaikan pesan Mamaku, mengenai... ajakan menikah dari kamu?" Ares langsung keluar dari dapur. Pembicaraan ini sepertinya akan sedikit panjang dan... sensitif di telinga orang lain. Ares tidak mau membuat bahan gosip baru untuk anak buahnya.
"Yeah. Sesuatu tentang aku yang belum mengajakmu menikah." Terdengar helaan napas lelah dari seberang.
"Dengarkan aku. Aku tidak mau hubungan kita dibumbui paksaan dari kedua orang tua. Aku mau perasaan kita tumbuh alami. Kamu tahu aku sudah menyukaimu sejak awal, kan?"
"Ya."
Ares sempat kaget dengan pengakuan Juanita saat itu. Demi Tuhan, mereka baru kenal 2 minggu dan Juan tiba-tiba mengungkapkan isi hatinya. Terang saja Ares langsung menolak.
Tapi Juan tidak menyerah. Tidak tidak. Juan tidak mau menyerah walaupun dia tahu anak sulung Sasongko ini belum membuka hati untuknya. Dia harus mendapatkan hati Ares karena Juan terlanjur mencintai pria dingin ini.
"Tapi aku tidak akan memaksakan kehendakku agar kamu menikahiku, Res. Kamu harus tahu itu."
"Terima kasih. Aku sedang berusaha untuk hubungan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...