3.83. Feel My Heart Beat

13.6K 1.3K 22
                                    

Song of The Day

Maliq & D'Essentials, Dia (2007)

---


"Mas, maaf sebelumnya. Saya nggak bermaksud ganggu masa pemulihan Mas Ares."

"To the point, San," ucap Ares pada ponselnya. Ares tidak suka orang yang bicara berbelit-belit.

"Mas, ayam gorengnya mau dada atau paha?" teriak Dita dari arah meja makan.

"Dada, Sayang," balas Ares.

"Astaga! Kayaknya Mas lagi 'sibuk'. Besok pagi saya telepon."

"Jangan mikir yang macam-macam, San! Saya lagi nunggu makan malam."

Terdengar kekehan kecil dari Sandy. Sandy pun bernapas lega. "Saya pikir Mas lagi indehoy sama Dita. Jangan macam-macam sama Dita kami, Bos. Dia adik bungsu kami."

Ares memaki Sandy dalam hatinya.

"Dia hanya membuatkan saya makan malam. Sebentar lagi dia juga pulang ke rumahnya, Sandy." Walaupun sejujurnya Ares tidak rela Dita pulang.

Kalau Ares bisa, dia akan bantu Dita di dapur. Tapi malangnya, mau mendekati area dapur, dia langsung diusir dan disuruh duduk cantik bersama Maple di ruang tamu.

Bagaimana tidak diusir? Mana tega Dita membiarkan Ares mondar-mandir di dapur dengan kaki di gips dan kruk di sela ketiak Ares?

"Hahaha. Iya Mas. Iya. Dita udah kayak mayat hidup sejak Mas nggak masuk. Jadi makan yang bergizi ya, Mas. Biar cepat pulih tulangnya. Tapi sebelum makan, sebaiknya Mas harus tahu tentang ini." Suara Sandy berubah serius.

Dita datang membawa makan malam mereka dan mengambil tempat di sisi Ares. Bau dan visual ayam goreng dan sambal merah yang menggugah selera membuat air liur Ares menetes.

Tapi Sandy sekarang lebih penting. Ayam goreng itu harus menunggu.

"Siapa?" bisik Dita.

"Sandy," bisik Ares. Dita ber-oo ria.

"Okay. I'm listening."

"Begini, Mas. Sekali lagi saya minta maaf sebelumnya." Ares memutar bola matanya gemas. Minta maaf lagi, gerutu Ares. "Sejak kemunculan nama Pak Dadang di berita, toko kita mulai menunjukkan penurunan omzet, Mas. Saya nggak bilang menyalahkan kasus Pak Dadang. Hanya saja, semua terjadi di saat bersamaan. Di cabang pun demikian, lapor Mas Irfan."

"Berapa persen turunnya?"

Melihat raut Ares menegang, membuat Dita jadi bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Per hari ini empat puluh lima persen. Semakin turun dari kemarin yang hanya dua puluh lima persen. Kata Mimi, hate comment di med-sos kita juga semakin tinggi, berbanding terbalik dengan angka penjualan yang semakin turun. Saya jadi bingung, mesti diapakan roti dan kue yang tak terjual setiap hari. Karena terlalu banyak sisa, Mas."

Ares mendongak ke langit-langit, kemudian mengambil napas panjang dan menghembuskannya amat perlahan.

Turun drastis dalam sebulan sejak berita Papa keluar di media. Papa... tak cukupkah membuat keluarga kita hancur? Kini usahaku.... Ah. Percuma saja menyalahkan keadaan. Toh tidak akan ada berubah.

Lamunannya terputus oleh sebab jari-jari kecil menyusupi jemari kanan Ares, mengalirkan getaran hingga ke dadanya. Ia mendapati senyuman manis yang selalu berhasil membuatnya terpana menariknya ke bumi, menyadarkannya bahwa Ares tidak sendiri lagi.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang