1.15. Who Are You?

12K 1.4K 3
                                    

"Mas, kata Mama Mas mau nikah? Sama si Nina itu?" Ares berhenti menyeruput kopi hitamnya.

"Si Nina? Please respect her, Mita! Kamu biasanya panggil Kak Nina ke dia."

"Gimana aku mau respect sama dia kalau dia jalan sama laki-laki lain."

"Apa?!" Secepat itu? Nina memang nggak pernah mau terima telepon atau balas pesanku. Mungkin saja karena dia masih marah. Tapi jalan dengan pria lain? Sounds impossible.Ares mengerutkan keningnya samar.

"Apa kalian putus?"

"Tahu dari mana kamu Nina jalan sama pria lain?" Mita memutar bola matanya. Kakaknya sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaannya.

"Dari akun Lambe Tur." Dengan cekatan Shelomita mencari sesuatu di ponselnya dan memamerkan hasil pencariannya di Instagram. "Nih, cek aja sendiri."

"Dia produser program TV Nina di KKTV." Tak perlu Ares gulir foto-foto mereka berdua. Sekilas lihat, Ares tahu siapa pria itu. Malahan mereka pernah beberapa kali bertemu dan makan bersama.

Mita mendecih, memotong jalan pikir Ares. "Mana ada produser dan talent-nya sering makan berdua di kafe, atau liburan ke luar negeri berdua aja, Mas?"

"Mereka sedang bekerja." Ares sangat yakin itu.

"Ooh, kerja. Kerja nyambi bersenang-senang di pub di Bali dua bulan lalu, nonton konser Java Jazz tahun lalu, nonton orkestra apalah di Singapura beberapa minggu yang lalu, surfing di Lombok very recently, like few days ago. Ber-du-a. Kerja tim yang bagus," sindir Mita.

Seakan di butakan cinta, Ares serta merta membantah. "MITA! Jangan fitnah. Mas sayang Nina. Begitu pula sebaliknya. Nggak mungkin dia tega ke Mas. Apalagi sama produsernya." Namun keyakinan yang di bangun tadi mulai goyah. Nyatanya Nina sudah meninggalkannya. Tapi hati kecilnya mengatakan sebaliknya. Demi Tuhan. Ares masih cinta Nina.

"Astaga naga! Mas sadar dong. Nina nggak sebaik yang Mas pikir. Mending Mas pikir seribu kali deh kalau mau nikah sama si Nina-Nina itu." Ares memandang nanar kopi yang sudah dingin di meja kantornya.

"Kami memang tidak jadi menikah," ucapnya pelan.

"Beneran?" Mata Mita berbinar dan suaranya terlalu antusias. Namun sedetik kemudian Mita berdehem dan cepat-cepat merubah ekspresinya. "Maksudku kenapa?"

"It's complicated. Pokoknya kami tidak jadi menikah. Tapi Mas mau kamu menarik kata-kata kamu tentang Nina."

Yang Ares dapati Mita malah menggeram rendah. Dia melotot jengkel pada kakaknya. Kakakku sudah dibutakan cinta dan di bodohi oleh si Nina-Nina itu.

"Aku nggak akan cabut perkataanku sebelum Mas membuktikannya sendiri. Mungkin dengan batal menikah bisa jadi kesempatan untuk cek dan ricek kebenaran Nina sebelum melangkah lebih jauh."

"Why would I?" Ares masih keras kepala.

"Because I want you to have the best friend, lover, and a wife for the rest of your life for once and for all dan membangun rumah tangga yang harmonis, bukan seperti pernikahan Mama Papa yang terlalu obsesif dengan pekerjaan dan jabatan tanpa memedulikan anak-anaknya bahagia atau enggak." Ares kali ini tidak bisa membantah adiknya.

Bunyi ketukan pintu menginterupsi kesunyian kantor Ares akibat kata-kata Mita yang menohok hatinya.

"Masuk!"

"Mas Ares, Hai Mita." Mimi melambaikan tangannya riang.

"Hai Kak Mimi."

"Maaf Mas. Ada Dita di bawah."

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang