2.61. Layla & Majnun

12.4K 1.4K 101
                                    

Cinta laksana air yang menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu dan bebatuan licin itu akan hancur, berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang-orang memanggilku si dungu yang suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa matahari
Bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta?

Laila Majnun, Syaikh Nizami

---

"Hai Aphrodita."

Betapa terkejut Dita siapa yang menepuk pundaknya di siang bolong begini. Sosok tinggi menjulang di atas Dita tersenyum memamerkan giginya yang putih. Sangat kontras dengan kulit tembaganya yang mengkilat terkena sinar matahari.

"Bang Glen!" Segera Dita bangkit untuk sedikit menyamai tinggi. Glen terlalu jangkung! Atau Dita yang kependekan?

"Yep, It's me."

"Bang Glen masih ingat saya?" Tentu saja Dita bertanya demikian. Sudah setahun lebih mereka tidak berjumpa. Tapi pria Indonesia timur ini masih mengingatnya!

"Indeed, Aphrodita. Siapa yang bisa melupakan tour guide yang ramah dan cantik seperti kamu?" Dita malah salah tingkah.

"Bang Glen ada proyek lagi di sini?"

"Hm. Begitulah. Kamu..." Glen menyapu pandangannya pada Dita dari atas kepala sampai sepatu. "...nggak ngojek lagi?"

"Saya kerja di sini," ujar Dita bangga. Glen tersenyum ikut memberi apresiasi.

"Good. Kalau gitu, tolong pandu saya. Saya selalu bingung mesti pilih apa setiap kali ke toko roti ini. Kecuali croissant-nya. I'm craving this croissant sejak mendarat di Bandara Soetta."

Mimi sampai ternganga dibuatnya ketika sosok tinggi, berkulit gelap, namun memiliki senyum super ramah masuk ke toko sedang berbincang akrab dengan Dita.

Pacar Dita? Deket banget mereka, pikir Mimi.

Sebagian besar roti dan dessert dalam baki di depan Mimi adalah pilihan si mantan tour guide.

"You know what, Aphrodita, kamu harus makan dengan saya kali ini."

"Seratus tujuh puluh lima ribu," ucap Mimi. Glen langsung menyerahkan dua lembar uang seratus ribu.

"Wah, jangan Bang Glen. Saya lagi kerja," tolak Dita.

"Ini kembaliannya. Terima kasih telah berbelanja di The Leisure Treasure Bakery," ucap Mimi ramah. Tapi matanya bergantian melihat interaksi Dita dan Glen. Penasaran alias KEPO tak terbendung. Mimi jadi mengulum senyum.

"Ayo lah. Waktu itu kalau bukan karena kita sudah capek keliling Jakarta sampai malam, saya akan ajak kamu makan malam, Aphrodita. Properly. "

"Dita. Panggil saya Dita, Bang Glen," koreksi Dita.

"Apa yang salah dengan Aphrodita? Makna nama kamu sesuai dengan sosok yang menyandang nama itu di mitologi Yunani. Aphrodite adalah Dewi Cinta dan Kecantikan. And look at this beautiful creature of God."

Astaga! Glen membuat wajah anak gadis malang itu memerah. Memuji-muji Dita tidak lihat tempat. Mereka masih di depan Mimi baidewei.

Demi Tuhan Bang Glen!

Mimi malah senyum-senyum sendiri. Mumpung tidak ada pelanggan, Mimi membiarkan dirinya menonton drama komedi romantis live di depan hidungnya.

Popcorn. Mana popcorn? Drama korea mah, lewat. Hihi. Dita, Dita. Nih anak beneran polos apa gimana? Ini Baru di puji dikit, langsung merah pipinya. Lugu banget sumpah.

The Ingredients of Happiness [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang