Seorang gadis yang biasanya tak tersentuh makeup, kusam, dan berpakaian khas driver ojek online kini membuatnya membeku sepersekian detik ketika melewati pintu. Gadis itu seolah menjelma menjadi angsa putih yang anggun dengan kebaya sederhana dan rambut yang di sanggul rendah. Astaga, Ares menyamakan Dita seperti itik buruk rupa selama ini. Namun ketika si itik buruk rupa mengedarkan pandangannya, sebelum pasang jelaga mereka bertubrukan, Ares secapt-cepat memalingkan wajah dan pura-pura ngobrol dengan pamannya.
Dalam balutan kebaya putih dan kain jarik yang melilit pinggulnya dengan rapat, Dita berjalan pelan memasuki rumah elit milik calon ibu mertuanya. Rumah itu tidak berpenghuni, namun kali ini di bersihkan khusus untuk mengadakan acara ijab kabul sederhana antara Ares dan Dita.
Dita mengakui, Ares makin bertambah-tambah tampannya dalam setelan jas hitam dan kemeja putih yang membuat si Tukang Roti sangat rupawan. Kenapa ia berkata demikian? Karena setiap bertemu dulu, kalau tidak pakai kemeja kasual, ya memakai coat putih tebal khas seorang chef.
Berkat pertengkaran pagi itu, calon manten itu tak pernah lagi berkomunikasi sampai mereka bertemu hari ini. Tidak akan ada tamu, apa lagi keluarga kedua belah pihak. Hanya ada Dita dan mamanya, Ares dan mamanya, lalu seorang penghulu, dan dua saksi dari keluarga masing-masing.
Duduk di sebelah Ares di depan penghulu dari KUA, Dita hanya menunduk menatap tautan jemari yang ujung-ujungnya dingin di atas pangkuan. Diam-diam ia melarikan tangan ke sudut mata, menahan cairan yang tidak mau berkompromi memaksa mengalir sejak penghulu memberikan nasihat pernikahan. Banyak hal berkelabat di kepalanya. Kehidupan suami istri yang tak terbayangkan di masa depan, hidup satu atap dengan seseorang yang sifat aslinya terlihat pagi itu: pemarah dan bermudah-mudah berkata kasar. Lalu mamanya yang terkesan cuek pada pernikahan anaknya tapi berbinar ketika Ares telah mentransfer uang mahar ke rekening Safarina. Terakhir, ketiadaan sang Papa di saat momen pentingnya.
"Pagi ini, dua anak manusia akan dipersatukan dalam ikatan suci di hadapan Allah, dan dipersaksikan oleh dua orang saksi." Para saksi itu adalah saudara Widyawati, alias paman Ares, Brama. Lalu seseorang yang baru Dita kenal tadi pagi di rumahnya. Dia Luki, teman mamanya. Tidak ada anggota keluarga lain karena memang mereka berdua sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini.
"Tidak ada alasan apa pun bagi seseorang untuk berzina sedangkan Allah telah memerintahkan untuk menikah. Dan rukun menikah itu mudah. Tidak perlu menikah di gedung mewah. Tidak perlu pakaian mewah. Cukup ada wali, saksi dan dua calon mempelai." Benar-benar sederhana, Pak ustadz, sarkas Dita dalam kepalanya.
"Menikah akan membantu menjaga pandangan dan kemaluan. Dan bagi yang belum bisa menikah, berpuasalah."
Lalu penghulu melanjutkan, "Belajarlah menjadi seorang suami. Dan belajarlah menjadi seorang istri." Baik Dita dan Ares tertegun akan kalimat barusan. Pikiran mereka campur aduk dengan berbagai hal.
"Untuk anakku Aresta Dian Sasongko, jadilah yang terbaik untuk istrimu. Pergauilah istrimu dengan baik." Ares mengangguk. Tapi hatinya sungguh kacau. Nasihat penghulu sangat berat baginya untuk menjalankannya.
"Kewajiban utama seorang suami bukanlah memberi, sandang, pangan dan papan. Tapi menyelamatkan istrinya dari api neraka." Dada Ares semakin berat.
"Untuk anakku Aphrodita Diana Saraswati, jadilah seorang istri yang terbaik untuk suamimu. Bersyukur atas apa yang diberi suami. Karena penghuni neraka kelak kebanyakan adalah para wanita yang tidak berterima kasih atas kebaikan suaminya." Dita pun mengangguk. Tangisnya makin tak terkendali. Isakan pelan kini terdengar, dan hal itu membuat hati Ares makin kacau.
"Jadilah wanita dan istri terbaik yang bila suamimu memandang kepadamu menyenangkan hatinya. Jadilah perempuan tercantik untuk suamimu. Kalau suami tidak di rumah, jagalah kehormatan suamimu." Dita mengangguk mafhum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ingredients of Happiness [COMPLETED]
RomanceSemua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghirup bau ragi yang seperti makanan berjamur saja sudah menjadi terapi bagi jiwanya yang lelah. Dengku...