Sudah pukul 21:30.
Shani masih berdiri didekat jendela menatap keluar sambil mengelus perut besarnya.
perlahan pintu kamar terbuka terlihat gracio masuk lalu menutup kembali pintu kamar shani.
"tidak bisa tidur?" tanya gracio.
"hemm" dehem shani masih diam di tempatnya.
Gracio berjalan ke arah shani lalu menyodorkan segelas susu ibu hamil shani menatap gelas itu lalu menatap gracio.
"susunya" ucap gracio pelan shani terlihat menghela nafas lalu mengambil gelas itu.
"Gee?" panggil shani.
"aku mau bicara sama kamu" ucap gracio yang paham dengan tatapan shani.
Shani perlahan berjalan ke pingiran kasur lalu duduk sambil meminum susu nya sedikit.
"masalah perpisahan kita aku" ucap gracio terpotong.
"aku tahu apa semuanya berjalan baik pasti tidak akan mudah ya buat kamu tapi aku yakin kita bisa melewati ini" ucap shani lalu kembali menyeruput susunya.
"shani aku" ucapan gracio dipotong lagi oleh shani.
"jadi tanggal berapa sidang perpisahan kita jangan sampai dihari itu aku tidak bisa datang atau perpisahan itu akan dilakukan dengan cepat dan aku" ucapan shani terhenti.
"aku sudah putuskan" ucap gracio shani menatap gracio lalu tersenyum tipis.
"aku tahu jadi kapan aku harus berkemas barang-barang ku dari rumah ini apa malam ini bisa dimulai sepertinya akan sangat baik jika langsung berkemas malam ini agar saat aku pergi tidak ada yang" ucapan shani terpotong.
"kita tidak akan berpisah" ucap gracio.
Shani menatap gracio terkejut shani tidak percaya tentang apa yang gracio katakan barusan.
"aku berubah pikiran" ucap gracio menatap shani.
"maaf karna sempat berpikiran untuk mengakhiri ini kemarin aku benar-benar merasa lelah akan semua hal tapi setelah aku pikir jika aku tetap melakukan ini mungkin suatu hari anak ku akan berkata bahwa aku bukan pria yang bertanggung jawab menceraikan" ucapan gracio terpotong.
"apa alasan kamu sebenarnya?" tanya shani menatap gracio, shani tau gracio mengatakan sesuatu untuk menutupi alasan sesungguhnya.
"geee" ucap shani pelan.
"aku tidak ingin anak-anak ku bernasib sama seperti aku itu saja" ucap gracio dengan senyum tipisnya melihat itu hati shani terasa sangat perih.
"mereka tidak akan bernasip sama karna dadynya ada disini" ucap shani lalu bangun.
"kau menagis?" tanya shani melihat mata gracio yang berkaca-kaca.
"sedikit" sahut gracio lalu terkekeh.
"pria bodoh" ucap shani pelan.
shani mendekat ke arah gracio lalu memeluknya.
"tidak apa menagis saja aku disini kan" bisik shani pelan."engak dulu" sahut gracio.
"gee aku serius" ucap shani.
"aku bahkan sangat² serius" sahut gracio shani menepuk pelan bahu gracio.
"kenapa dipukul?" tanya gracio.
"kamu ngeselin" sahut shani lalu melepas pelukannya dari gracio tapi saat shani berbalik gracio memeluk shani dari belakang.
"gee lepas" ucap shani.
"sebentar aja" ucap gracio.
"sebentar kamu itu dua jam tiga jam bahkan lebih aku engak bisa" sahut shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Man
Teen FictionYour are such a perfect man and will be the last man in my life too. Shani indira.