Hi readers ... kali ini, babnya nggak terlalu lawak dulu yaa. Bab kali ini gue mau sharing terkait hal yang mungkin relate ke pembacaa, khususnya buruh rupiah ya wkwk.
Enjoyy!! dan semoga, bisa menghibur kalau kalian mengalaminya :) tetap semangat dan pede yaaa!
***
"Selamat ya, Eve. Double promote tahun ini."
Tepuk tangan menghiasi workspace kami saat jam istirahat hari itu. Eve, sang punya hajat, hanya tersenyum-senyum salah tingkah dikelilingi gue, Aldo, Mas Andri, dan Mas Danang. Siang ini, list promotion baru diumumkan lewat website kantor, dan foto Eve terpajang jadi salah satu peraih double promotion tahun ini.
Gue gimana? Ya kan kalian tahu gue, jobdesk-nya cuma jadi tukang gofud bos doang.
Aldo, yang tahun ini promote biasa seperti gue, menyenggol lengan gue sambil berbisik, "gue kira lu yang dapat double promote."
"Apa sih, Do. Jauh kali gue kalo dibandingin sama Eve."
"Kan sebenernya klien lu lebih aneh-aneh dari dia."
"Iya sih, tapi kan gue emang lebih tolol dari dia." gue berbalik bersiap meninggalkan kerumunan itu, sementara Eve masih mengobrol dengan Mas Andri dan Mas Danang, "udah ah, Do. Gue mau makan siang dulu."
"Lu gak sama Eve?"
"Nggak, dia pasti masih sibuk, biarin dia selebrasi dulu." sahutku sambil berjalan meninggalkan Aldo ke arah pintu keluar.
***
Gue berdiri di depan lift dengan pikiran sedikit mengawang. Nggak, bukannya gue nggak mikirin sama sekali double promote itu. Sejujurnya, diantara tiga anak Mas Tion, hanya gue yang biasa saja. Aldo udah double promote tahun kemarin, tahun ini juga personal evaluation-nya nyaris sempurna, walaupun nggak sampai double promote lagi. Kliennya lebih banyak dibanding gue dan Eve, dan dia lebih pengalaman karena sebelum di kantor gue, dia udah kerja di kantor konsultan ternama di Singapore.
Eve, dia bukan karyawan sembarangan. Dia lulusan universitas swasta ternama di Indonesia, dengan IPK nyaris sempurna dan pemenang sejumlah kejuaraan akuntansi yang berjejer di CV-nya. Meskipun dia masuk kesini saat fresh graduate, dia sudah punya berbagai sertifikasi. Dan CV-nya, sama sekali nggak bohong. Di tahun pertama, dia bisa menyelesaikan isu yang lumayan berat tanpa bantuan senior atau manajernya.
Gue? Gue bukan apa-apa. Gue lulusan universitas negeri yang biasa saja, dengan IPK yang cumlaude tapi mepet. Tanpa pengalaman kerja atau sertifikasi apapun.
Promotion di kantor gue hal yang lumrah di setiap tahun, tapi kebetulan memang orang-orang di sekeliling gue, sedikit berlebih. Gue yakin, beberapa dari kalian, pasti relate sama gue.
Gue memasuki lift dengan pikiran yang masih berkecamuk. Dibilang nggak iri, gue munafik. Gue bukannya nggak berusaha. Diantara tiga anaknya Mas Tion, orang-orang mengakui gue yang paling suka lembur. Gue jarang cuti. Dan gue selalu berusaha mengiyakan bos gue. Sedikit sesak waktu tahu cuma gue yang biasa aja dibandingkan mereka berdua.
Gue mulai mempertanyakan, apa gue kurang diapresiasi disini, tapi apa kekurangan gue pun gue nggak pernah tahu.
Pintu lift terbuka, gue menahan pintu lift tetap terbuka sambil menunggu semua orang keluar dari lift. Baru selangkah gue keluar dari lift,
"Tasha!"
Gue menoleh. Seketika muka kusam gue tambah muram. Pakdhe keluar dari pintu lift yang lain dengan muka sumringah, menghampiri dengan ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakdhe!
ChickLitKalau kata Raditya Dika, manusia di dunia itu cuma bisa punya dua diantara tiga kelebihan : 'cakep', 'pinter', atau 'waras'. Bos gue di kantor, alias Mas Tion, alias Pakdhe, hanya punya kelebihan 'cakep' dan 'pintar'. Artinya, dia sinting, annoying...