51 - Chats

2.7K 332 19
                                    

Lu semua punya nggak sih, temen, kerabat, atau manusia yang kalian kenal, kalau bales chat kayak lagi marah saking singkatnya?

Gue punya. Bos gue kayak gitu.

Chat terpanjang Pakdhe ke anak buahnya selama ini cuma 'Ke tempat gue sekarang' atau 'tolong ke tempat gue'. Udah, itu aja. Kalau dia mau ngomong agak panjang, biasanya kita langsung dipanggil ke ruangannya atau ditelepon. Selebihnya, mau sepenting apa dan sepanjang apapun chat lu ke dia, jawabannya singkat-singkat kayak pas jaman tarif SMS dihitung per huruf. Paling banter cuma,

'Ok.'

'Y.'

'G.'

'Gpp.'

'G ush.'

'Wkwk.'

Iya. Dia kaum 'wkwk' juga ternyata. Gue juga baru tahu.

Dia pernah chat 'wkwk' ke Aldo, gara-gara Aldo coba-coba ngelawak ke Pakdhe waktu habis selesai ngerokok bareng. Jokes internal kata Aldo, dia nggak mau kasih tahu, ya palingan juga jokes jorok bapak-bapak.

Tadinya gue pikir mungkin karena Pakdhe itu generasi semi-boomers yang emang agak males ngetik, bapak-bapak kan kadang suka begitu ya. Tapi setelah gue pikir, nggak juga, ah. Mas Danang, Mas Andri, kan umurnya nggak sejauh itu juga sama Pakdhe. Mereka kalau ngechat biasa aja, nggak sejutek itu.

Berarti emang Pakdhenya aja yang nggak seru kalau di chat.

"Jadi sekarang kon tau kenapa kita nggak punya grup WhatsApp?" Eve menggumam sambil lanjut mengecek angka-angka di report dengan kalkulatornya.

Gue yang juga sedang ngecek angka di sebelahnya tertawa kecil. Emang iya sih, waktu gue masuk kesini, gue agak bertanya-tanya kenapa tim kami nggak punya grup WA. Kan agak aneh, ya. Orang arisan sama keluarga aja ada grupnya, masa kerjaan kayak gini kagak ada.

Jadi kami selama ini koordinasi lewat telepati. Wkwk, nggak lah. Caranya ya dipanggil Pakdhe ke ruangannya atau meeting offline.

"Kata Mas Andri, dulu itu ada grupnya." jelas Eve. "Isinya Mas Tion, Mas Danang, Mas Andri, sama senior-senior kita yang sekarang udah resign. Cuma Pakdhe iku nyebelin, rek. Wes jarang muncul, sekalinya nongol pas lagi guyon seru-seru, nanggepinnya gak asik."

"Nanggepin apa emang?"

"'Wk', ngono tok. 'Wk'-nya cuma satu, paling banyak dua. Kesel nggak kon. Mending gak usah nongol sekalian."

Gue menghela nafas. Yah, bingung juga gue. Gue juga baru ketemu soalnya sama manusia model begini.

Tapi sebenernya Pakdhe itu kalau di real life seru kok orangnya, meskipun kadang agak absurd. Sayangnya, cetakan mukanya kalo lagi diem defaultnya keliatan jutek, jadi kalo dijejerin sama ketikan chatnya emang pas, kesannya Pakdhe serem banget. Jadi orang yang baru kenal sama dia, kalau mau chat juga udah males duluan.

"Haisssh, jancuk, asu!" tiba-tiba Eve bangkit sambil membawa laptopnya dengan wajah kesal. "Sek, yo. Aku dipanggil tim sebelah."

Gue memandang Eve pergi sambil menahan tawa. 'Tim sebelah' itu timnya Ko Daniel, yang dulu gue ceritain pernah promosiin Eve buat double promote (Chapter 8). Eve bilang dia nggak suka disana, soalnya timnya 'senggol-senggolan'. Banyak penjilat, katanya. Ya lu tahu lah, di perusahaan emang suka ada orang-orang yang caper sama bos biar naik jabatan.

Pakdhe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang