33 - Tidur

3.5K 316 11
                                    

Satu kebiasaan lain Pakdhe yang bikin gue agak kesel selama kerja sama dia, ada waktu-waktu dia pelor banget.

Nggak sepanjang tahun sih. Kalau lagi busy season, biasanya dia lebih tau diri. Malah kuat banget tuh lemburnya, nggak berhenti-berhenti kayak ada puteran di punggungnya. Masalahnya ya, klien dia itu bukan cuma ada di akhir tahun doang, ada yang di tengah tahun, dan itu rata-rata klien gue.

Jadi yang sering ditinggal tidur waktu lagi deadline, ya gue.

Tapi si Pakdhe ini emang otaknya encer ya, dia bisa tahu kapan bakalan gue kejar-kejar buat minta approval atau reviu. Jadi sebelum gue kejar, biasanya dia udah hilang duluan. Lenyap gitu aja, di ruangannya nggak ada, di chat nggak di-read, di telepon nggak diangkat. Kayak aktivis yang diculik aja di zaman dulu, tiba-tiba raib.

Kayak hari ini nih. Besok adalah jadwal klien gue rilis report, otomatis, gue harus kejarin banyak hal yang masih pending di Pakdhe. Dari sehabis maksi sampai sekarang jam setengah tiga sore, lima menit sekali gue samperin ruangannya. Udah kayak setan mau balas dendam. Masalahnya sampai sekarang Pakdhe belum balik-balik dari makan siang. Ya masa dia makan siang di Bogor.

Gue udah mondar-mandir di depan ruangannya sambil gigit jari. Mikir jelek, sambil masih berusaha menelepon nomor WhatsApp-nya untuk kelima kali. Masa bodo gue diliatin orang-orang yang duduk di zonanya, yang kayaknya mau negur juga segan karena muka gue udah kayak Colossal Titan.

Ting! Tiba-tiba notif chat Eve sukses ngagetin gue. Gue mengernyit, ngapain Eve chat, kan dia hari ini ngantor juga. Maksud gue, tinggal samperin gue aja kalau mau ngomong sesuatu.

From: Eve

Sha, bosmu cok!

Lapo iki Pakdhe tidur di ruangan training? Untung sepi nggak ada orang, tapi kalau orang iseng kan keliatan dari luar kaca. Mana tidurnya di bawah, lagi!

Jemput, Sha!

Ting! Notif pesan masuk kedua, pengiriman gambar. Gue langsung menepuk jidat begitu membukanya.

 Gue langsung menepuk jidat begitu membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emang 'kan, gue bilang juga apa. Sakit jiwa ini orang.

***

Gue sedikit mengendap-endap membuka pintu ruangan 'quiet room' tempat Pakdhe berada. Ruangan itu di lantai 11, jelas bukan lantai kami. Lantai itu nggak punya workspace, isinya cuma ruangan training, meeting, dan beberapa ruangan quiet room lainnya. Di busy season memang rame, tapi biasanya agak sepi di bulan-bulan segini. Eve tadi kesana karena kebetulan ada meeting di tim lain, yang untungnya ruangannya agak jauh dari ruangan Pakdhe ini.

Quiet room itu ruangan kecil, paling cuma muat maksimal 4 orang. Isinya nggak banyak, satu meja kayu mungil di tengah, beberapa kursi yang mengelilinginya, sama satu layar proyektor. Ruangan ini biasa dipakai buat beberapa manajer yang pengen kerja dengan suasana tenang, jadi memang nggak pernah dikunci.

Pakdhe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang