Writer's note: Terimakasih banyak para readers! Ga nyangka euy 1k readers 😭 sebenernya aku nulis cuma buat stress release kerjaan. Kerja dengan bos absurd macem Pakdhe di dunia nyata itu capek beneran loh! Aku relate banget sama si Tasha hahaha.
Maaf updatenya ga nentu, soalnya nulis komedi lumayan susah, kalau ga mood ga akan keluar 🙃. Two thumbs up buat para penulis komedi di luar sana, gila kalian jago banget!
Tapi semoga coretanku bisa menghibur kalian semua, ya. Terimakasih buat yang vomment! Kalian bikin ku semangat ❤️ Have a nice day!----
"Sha, wes ojok ngambek terus. Ayo siap-siap, nanti keburu hujan lagi." Eve membujuk gue lagi, yang daritadi cuma rebahan di kasur, main handphone sambil memeluk si Pipi.
Si Pipi akhirnya dibalikin Pakdhe, yang langsung gencatan senjata begitu tahu gue nangis. Habis itu gua langsung ngibrit ke kamar dan nutup pintu, meninggalkan orang-orang yang bertanya-tanya 'ada apa dengan Tasha'.
Tanya noh, sama si ondel-ondel sok asik!
"Lagian emang beneran kita mau keluar?" gue sebenernya males buat keluar. Tadi Eve begitu lihat hujan reda, langsung ngide buat cari makan di luar. Tadinya kami mau ke kebun binatang, tapi jam menunjukkan pukul setengah 4 sore, sampai sana bisa magrib karena macet. Itu mah jadinya bukan wisata kebun binatang, tapi uji nyali.
"Lho, iyalah. Mumpung disini. Jarang-jarang kali Sha, kita ke Bandung bareng-bareng." sahut Eve sambil menggambar alis kirinya, sesekali memicingkan mata di depan kaca, khawatir nggak sama dengan alis kanan. "Wes, mosok gara-gara gitu tok ngambek terus? Iku Pakdhe lho cuma bercanda. Kon lho, sudah besar, bukan bocil lagi, kan?"
"Kanaya malah iri Kak, aku juga mau diledekin Mas Tion kaya gitu." Kanaya yang sedang mengeringkan rambut ikut nimbrung. "Gemes banget, walaupun sedikit lagi jadi partner, ternyata dia bisa ya bercanda lucu gitu, iri banget!"
"Najis banget." gumam gue. Lagian gue bingung, kenapa orang itu kayaknya demen banget bikin gue ngamuk. Emang tuh orang harusnya jangan dibiarin nganggur, sekalinya nganggur, pengennya ngejailin orang!
"Kak, tapi aneh ya, Mas Tion jail banget tapi sama Kak Tasha doang. Mungkin nggak sih, Mas Tion itu sebenernya suka sama Kak Tash ..." BUKK!!! Belum selesai Kanaya ngomong, wajahnya sukses terhantam bantal yang gue lempar. Tubuh mungilnya sampai terjengkang ke belakang, untung dia lagi duduk di kasur, dan hairdryer-nya sudah dimatikan.
"Ngomong lagi, gue gibang lu pake ini." ancam gue sambil mengangkat tas tangan Eve.
"Heh! Tas mahal iku, jancok!" giliran Eve melempar gue pakai bantal yang ada di dekatnya. Sayangnya meleset. "Balikin gak? Tak lempar kon pake sandal!"
"Woy, cewek-cewek jangan malah konser di dalem, cepetan buru, udah pada nungguin diluar!" suara Aldo menimpali dari luar pintu. Gue dan Eve memutuskan untuk gencatan senjata, karena kelihatannya Eve baru menyelesaikan separuh eyeshadow-nya.
"Lagian, mau kemana sih kita? Lu pada tahu mau kemana?" gue mendengus gusar, sambil mulai menyisir rambut. Ya mau nggak mau, gue harus ikut, kecuali gue mau dimusuhi Eve satu bulan.
"Dusun Bambu sih Kak, deket dari sini, jadi nggak kesorean. Kita makan sambil foto-foto." sahut Kanaya sambil memamerkan kamera instax mini warna pink miliknya, "biar instax aku kepake Kak, buat foto-foto."
"Wow! Instax rek!" Eve mendekati Kanaya sambil memandangi instax pink itu. "Wah, mantep iki! Pas banget iki! Ayo nanti kita jelajah, disana tempatnya semua instagrammable!"
Gue mulai pusing. Emang salah gue satu kamar sama dua cewek hobi bikin konten dan foto-foto. Sudah kebayang nanti disana tiap jengkal mereka minta difoto. Calon seksi dokumentasinya? Sudah barang tentu saya, satu-satunya yang gak suka difoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakdhe!
ChickLitKalau kata Raditya Dika, manusia di dunia itu cuma bisa punya dua diantara tiga kelebihan : 'cakep', 'pinter', atau 'waras'. Bos gue di kantor, alias Mas Tion, alias Pakdhe, hanya punya kelebihan 'cakep' dan 'pintar'. Artinya, dia sinting, annoying...