Writer's Note: Haloo, lama nggak menyapa. Makasih banyak ya, yang udah baca, vomment juga. Aduh udah penghujung Desember, doain masih sempet nulis ya 😭😭
Alur ceritanya emang agak pelan ya, nggak sat set. Tapi lumayan menghibur ya nulis romance. Soalnya kalau nulis komedi di saat-saat sibuk, lebih pusing mikirnya. Semoga tulisanku masih bisa menghibur kalian ya.
(NB: Aku agak norak kalau nulis romance, tapi untuk bab ini bisa sambil play Taylor Swift - Enchanted waktu nanti adegan di mobil, for your better experience😊👌)
***
Kalian tahu Mbak Taylor Swift?
Gue sekarang jadi swifties. Sok mellow gue sekarang. Playlist spotify gue isinya Taylor Swift, tapi sayangnya karena gue belum premium, lagi enak-enaknya dengerin suara Mbak Taylor tiba-tiba muncul suara iklan. Mana iklannya podcast horor lagi, brengsek. Ngomong-ngomong ada yang jualan Spotify premium disini?
Malah jadi ngomongin Spotify, belum endorse juga.
Nggak, nggak. Soal gue mellow itu bener. Nggak tahu kenapa juga ya, mungkin karena sekarang musim hujan. Gue sekarang jadi suka bengong mandangin hujan, sambil setel lagu-lagu macam Love Story, Enchanted, Red, You Belong with Me. Nyender di kaca, sambil pasang tampang sedih dan bertopang dagu, berasa cakep. Kalian juga pasti pernah begitu kan sebenernya, berasa kita main character video klip waktu dengerin lagu favorit kalian. Nggak apa-apa, ngaku aja, kita semua pernah alay pada masanya.
Kata Google, itu tanda-tanda jatuh cinta. Jijik nggak sih. Tapi nggak juga. Kan gue emang lagi suka aja lagu-lagu begitu.
Tapi yang paling gue suka dari semua lagu, sudah pasti Enchanted-nya Mbak Taylor. Rasanya cute aja. Dia suka orang tapi diam-diam, trus malu-malu gitu. Kalian coba dengerin aja. Gue suka senyum-senyum sendiri kalau lagi dengerin lagu itu, sambil mikirin Mas Danang. Kualat gue ngatain Pakdhe sinting, sekarang gue jadi miring juga.
"Cuk! Sakit jiwa kon, cuk! Pagi-pagi nyengir-nyengir sendiri!" tiba-tiba Eve menepuk keras punggung gue dari belakang.
Gue tersentak. Buyar sudah fantasi gue pakai gaun malam ala kerajaan, dengan Mas Danang yang menjemput pakai kereta kencana. Lagian aneh juga sih, udah pakai gaun kerajaan, gue kebayangnya dia ngejemput gue di kosan. Keburu disetop itu kereta kencana sama satpam gang kosan gue.
"Kon katanya mau ke klien sama Pakdhe? Bukannya jam dua ada meeting? Sekarang jam 12, nggak mau jalan sekarang aja?"
Gue tersentak kedua kalinya. Lah iya ya? Lah, iya!
Gue langsung buru-buru membereskan laptop beserta chargernya, lalu melesat berlari ke arah ruangan Pakdhe. Lupa gue, sumpah, bener-bener lupa! Hari ini gue nemenin dia sama Pak Damar meeting di kantor klien baru, gantiin Mas Andri karena dia nggak bisa hadir. Bener juga kata Eve, klien kami di daerah PIK, lumayan juga kalau dari Sudirman. Mesti berangkat sekarang.
Begitu sampai di ruangannya, bener aja, Pakdhe sedang berdiri sambil memasukkan laptopnya ke dalam tas. Laki-laki itu memakai batik hitam yang dia pakai waktu ketemu sama Mbak Luna. Soal ganteng jangan ditanya ya, dia emang biasa lebih ganteng kalau mau ketemu sama klien. Ia menoleh sebentar waktu sadar gue berdiri di depan ruangannya.
"Halo." sapanya singkat. "Udah makan belum?"
Pipi gue memerah. "Apaan sih, Mas. Kok tiba-tiba nanya udah makan."
Pakdhe menghentikan tangannya yang sedang menggulung kabel charger laptop. Ia mengalihkan pandangannya ke gue dengan tatapan heran.
"Lah. Kan bener gue nanya. Gue nanya lu udah makan siang belum, kalo udah ayo jalan sekarang, kalo belum ya lu makan dulu. Ngapa lu sewot?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pakdhe!
ChickLitKalau kata Raditya Dika, manusia di dunia itu cuma bisa punya dua diantara tiga kelebihan : 'cakep', 'pinter', atau 'waras'. Bos gue di kantor, alias Mas Tion, alias Pakdhe, hanya punya kelebihan 'cakep' dan 'pintar'. Artinya, dia sinting, annoying...