42 - Dari Timur ke Barat

3.1K 331 21
                                    

Author's Note:

Cerita kali ini didedikasikan buat temen-temen aku yang asalnya dari Sumatra dan Indonesia timur. I cant say how much I love your dialects! ❤️ Logat kalian terekam banget dalam otak aku, dan selalu menghibur kalau aku lagi sedih.

Kalau ada salah-salah kata dan bahasa yang aku pakai disini, mohon maaf ya sebelumnya. 😇🙏 Semoga terhibur dan sampai ketemu lagi!

***

Pernah nggak lu ngeliat orang timur sama orang batak berantem?

Gue pernah, sedang, live detik ini. Seperti yang lu bayangin, seru banget! Gokil! Gue kayak lagi nonton liga champion, tapi ini versi adu mulut. Wkwk.

"Tidak bisa, Bapak Nasution! Macam mana Bapak bilang sa salah! Bapak kasih lihat dulu itu sa punya workingpaper! Perhitungannya sudah benar, tra 'kan salah itu sa punya template!"

"Eh, kau lihat dulu itu kau punya sheet 'projection'! Kau kan ada asumsi dividen, itu asumsi baru bisa pakai kalau kau bukan start-up, anak muda!"

"Iya sudahlah, sa punya maksud, biarkan saja itu, Bapak! Tahun depan baru kita kasih betul itu selisih angka!"

"Tahun depan 'pala bapak kau! Kalau kau punya selisih cuma sepuluh juta rupiah kudiamkan saja itu. Masalahnya kau punya itu sepuluh juta US Dollar! Bisak gila mamak kau kalau lihat itu!"

Lawan debat Pakdhe itu namanya Ali, dari Indonesia timur. Dia salah satu perwakilan manajemen klien kami, perusahaan manufaktur swasta yang hobinya akuisisi. Kami baru ketemu Ali tiga bulan yang lalu, dan hari ini kami sedang di kantornya. Membahas data akuisisi yang kemarin dia kasih.

Jabatan Ali lumayan tinggi, general manager. Ia pria setengah baya dengan rambut agak kribo yang selalu dikucir, kulit gelap, dan ekspresi muka yang lebih sangar dari Pakdhe. Badannya nggak terlalu tinggi dan tubuhnya agak gemuk. Penampilannya lumayan rapi dan berwibawa. Katanya sih, usianya 30an akhir, berarti lebih muda dari Pakdhe.

Tapi sebenernya di balik tampang sangarnya, di luar kerjaan, beliau ini ramah sekali 'e!

Mereka masih berantem. Makin lama nadanya makin tinggi, tapi gue nggak takut sama sekali. Gue tahu itu cuma dialek aja. Kadang ada pikiran lucu, orang timur itu sebenernya adalah orang batak yang tertukar, dan sebaliknya. Logat dua-duanya sama-sama keras, sama-sama khas. Shout out buat kalian yang orang Indonesia barat dan timur, I'm a big fan of your dialects!

Mungkin karena itu juga, mereka berdua langsung nyambung waktu pertama kali ketemu tiga bulan yang lalu. Langsung ada kemistri, kalo kata anak sekarang mah. Langsung bersahabat, bahkan deketnya mereka bisa menyaingi kedekatan Pakdhe dan Mas Danang atau Koh Peter. Gue tahu Pakdhe nggak bisa bahasa batak, tapi logat bataknya keluar dengan ajaib begitu ketemu Ali. Kayak udah ada hubungan darah aja.

"Ya sudah, nanti sa lihat lagi itu sa punya dokumen." Ali tampak mengalah, "kalian mau makan apa, 'e? Masak sudah jauh-jauh datang kesini, tidak sa kasih makan. Tidak sopan namanya."

Udahan nih berantemnya? Yah, padahal lagi seru-serunya.

"Terserah kau saja. Atau kau tanyak saja ini anak aku, Tasha." Pakdhe menepuk pelan kepala gue yang duduk di sebelahnya.

Ali, mukanya langsung berubah ramah waktu memandang gue. "Weh, Bapak Nasution. Ko punya anak manis sekali, 'e!"

"Jangan macam-macam kau sama dia."

Pakdhe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang